This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 6 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

6.27.2014

Surat Terbuka Kepada Media di Indonesia Tentang Irak

tembak Syiah, ya tembak Sunnah


Kenyataannya Sunni dan Syiah sama-sama dibantai di Suriah dan Irak oleh pemberontak bernama DAIS atau ISIL ini. Ulama Sunni tak sedikit yang dibunuh hanya karena menyerukan persatuan dan menolak untuk mengikuti logika pemberontak bersenjata ini. Warga Sunni di Irak seperti juga warga Syiah sama-sama jadi korban kebengisan DAIS tak terbantahkan.

Perkenalkan saya Hertasning Ichlas orang biasa yang ketepatan berada di Irak di saat perang pemberontakan baru saja berkecamuk di negeri itu.

Saya baru saja pulang dari Irak pada hari Sabtu lalu 21 Juni 2014. Salah satu yang saya lakukan di sana menulis reportase kasus pendudukan Daulah Islamiyyah Fil Irak wa Sham (DAIS) atau bahasa Inggrisnya Islamic State of Irak and Levant (ISIL) di Irak untuk Majalah Geo Times di Indonesia.

Saya mengamati pemberitaan Kompas, MetroTV dan media nasional lainnya soal Irak serta penggunaan diksi “milisi Sunnah” “pejuang Sunni” bahkan “Mujahidin Sunni” dalam pemberitaan untuk memberi atribusi kepada pemberontak bersenjata DAIS/ISIL di Irak.

Terus terang saya prihatin dan kecewa terhadap cara media nasional umumnya dalam melihat masalah di Irak dan kebijakan memilih diksi seperti “milisi Sunnah” “pejuang Sunni” atau bahkan “Mujahidin Sunni”.

Menurut saya hal itu bisa membangkitkan kesalahpahaman yang serius seolah-olah masalah di Irak adalah pertempuran Sunni melawan Syiah. Sunni dan Syiah sama-sama dirugikan oleh cara pemberitaan yang tidak bertanggung jawab seperti itu.

Masalah di Irak bukan perang mazhab antara Sunni dan Syiah. Masalah di Irak persis seperti Suriah. Ada pemberontak bersenjata dengan rekrutmen bersifat transnasional berpaham takfiri yang cenderung hitam putih dalam beragama dan suka mengkafirkan dan menghabisi siapa saja yang berbeda dengan mereka baik Sunni atau Syiah serta Kristen demi membentuk utopia politik mereka Daulah Islamiyyah di Irak dan Shams (Suriah dan sekitarnya).

Sponsor senjata dan logistik di belakang DAIS/ISIL awalnya Arab Saudi, Qatar, Yordan, Israel dan AS dengan kepentingannya masing-masing. Meskipun pada perjalanannya AS dan Qatar berusaha menarik diri karena merasa tak bisa mengontrol sepak terjang DAIS atau ISIL ini.

Kenyataannya Sunni dan Syiah sama-sama dibantai di Suriah dan Irak oleh pemberontak bernama DAIS atau ISIL ini. Ulama Sunni tak sedikit yang dibunuh hanya karena menyerukan persatuan dan menolak untuk mengikuti logika pemberontak bersenjata ini. Warga Sunni di Irak seperti juga warga Syiah sama-sama jadi korban kebengisan DAIS tak terbantahkan.

Situs-situs yang dihormati Sunni maupun Syiah utamana seperti Syekh Abdul Qodir Jaelani mereka rusak. Suku Kurdi di Irak pun menjadi korban kebengisan DAIS.

Saya melihat sikap media nasional yang merasa masalah di Irak adalah masalah mazhab dan agama sungguh tidak cermat, berbahaya dan kekurangan pendalaman empiris dan konteks. Ada konsekeunsi yang sangat fatal jika media mengunyah begitu saja liputan kantor berita asing yang punya bias dan misi propagandanya masing-masing.

Benar saja Nouri Maliki memang punya banyak kritik dan protes dari pihak Sunni di Irak. Tapi hal itu tak unik hanya Sunni dan bukan soal sentimen Mazhab karena sebagian besar ulama Syiah di Irak bahkan Marja besar di Irak Sayyid Ali Sistani juga menyimpan kritik terhadap Nouri Maliki. Tapi soal-soal tersebut adalah masalah politik dalam negeri Irak yang punya kepentingan-kepentingan pragmatisnya.

Media nasional kita harus punya kecermatan dan lebih bekerja keras mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di Irak sehingga dapat sampai pada fakta bahwa semenjak DAIS atau ISIL masuk Irak, menduduki Anbar, Samarra dan terutama Mosul, Nouri Maliki kontan mendapat dukungan penuh rakyat dan kekuatan sosial politik Sunni, Syiah, Kurdi dan Kristen di Irak atas nama kedaulatan Irak. Berduyun-duyun warga mendaftarkan diri menjadi sukarelawan perang untuk mengusir DAIS/ISIL. Tercatat saat saya hendak meninggalkan Irak, lebih dari 2 juta sukarelawan sudah terdaftar dan sebagiannya sudah diberangkat ke lokasi.

DAIS atau ISIL adalah gerakan pemberontak bersenjata. Mereka membawa kehancuran kemanusiaan dan pecah-belah dalam agendanya. Propaganda mereka menyebar dalam situs-situs termasuk di Indonesia. Tolong jangan menganggap mereka sebagai milisi Sunnah atau pejuang Sunni karena itu sangat manipulatif dan bisa meresahkan umat di Indonesia.

Sunnah dan Syiah secara serius sedang dipecah-belah dan itu secara instan diperburuk oleh pemberitaan media yang tidak bertanggung jawab. Demikian, terima kasih.

Salam,
Hertasning Ichlas Koordinator YLBHU

Anggota Pemimpin Ikhwanul Muslimin di Dewan Keamanan Nasional AS

Mehdi K. Alhassani di Gedung Putih (counterjihadreport)


Selain itu, intelektual terkenal, Louay Safi (anggota Ikhwanul Muslimin dan, pada saat yang sama, anggota "pemberontak" Dewan Nasional Suriah) adalah mantan penasihat Pentagon.

Sebuah dokumen yang diperoleh Judicial Watch menunjukkan bahwa anggota Dewan Keamanan Nasional AS, Mehdi K. Alhassani (dalam foto diatas), berafiliasi dengan kelompok Ikhwanul Muslimin (IM).

Adapun nama-nama lain yang (juga berafiliasi dengan IM) telah diketahui adalah:
• Huma Abedin, yang menjadi wakil kepala staf Hillary Clinton di Departemen Luar Negeri;
• Farah Pandith, delegasi Departemen Luar Negeri untuk komunitas Muslim;
• Arif Alikhan, asisten Janet Napolitano, Departemen Keamanan Dalam Negeri;
• Imam Mohamed Magid, anggota Kelompok Kerja Kontra Ekstremisme Kekerasan DHS;
• Mohamed Elibiary, penasihat Departemen Keamanan Nasional (Homeland Security);
• Eboo Patel, anggota Dewan Penasihat Kemitraan berbasis Agama dan Lingkungan;
• Rashad Hussain, penasihat Presiden Obama untuk hukum Syariah, Utusan Khusus untuk Organisasi Konferensi Islam (OKI);
• Salam al-Marayati, penasihat Presiden Obama, anggota delegasi AS untuk OSCE.

Selain itu, intelektual terkenal, Louay Safi (anggota Ikhwanul Muslimin dan, pada saat yang sama, anggota "pemberontak" Dewan Nasional Suriah) adalah mantan penasihat Pentagon.



Source : http://www.islamtimes.org

Indonesia dan Iran Tingkatkan Kerjasama Riset dan Teknologi

Bapak duta dan Mentri Riset Teknologi di Tehran (Islam Times)


"Kedua negara mempunyai potensi besar untuk meningkatkan kerjasama termasuk di bidang riset dan teknologi," ujarnya yang juga dihadiri bapak duta besar Indonesia di Tehran, Dian Wirengjurit.

Menteri Riset dan Teknologi, Gusti Muhammad Hatta dalam kunjungan resmi dua hari ke Iran, mengatakan, Indonesia dan Iran terus meningkatkan kerjasama di berbagai bidang riset dan teknologi berdasarkan kesetaraan dan kesejajaran dengan membentuk Joint Committee penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi kolaboratif.

Pernyataan itu diutarakan oleh Mentri dalam ramah tamah dengan masyarakat Indonesia di Iran bertempat wisma duta di Tehran, pada Rabu sore (25/06/14).

Menurut Mentri Kabinet Indonesia Bersatu II itu, "Kedua negara mempunyai potensi besar untuk meningkatkan kerjasama termasuk di bidang riset dan teknologi," ujarnya. Acara ramah tamah itu dihadiri bapak duta besar Indonesia di Tehran, Dian Wirengjurit beserta staf kedutaan.

Dikatakanya, ada banyak hal yang bisa dimanfaatkan oleh kedua negara, termasuk transfer teknologi ruang angkasa, PLTN, kedokteran dan berbagai jenis teknologi modern lainnya.

Diakuinya, Indonesia dalam bidang pertanian jauh lebih maju dan mumpuni dibanding Iran.

Menindaklanjuti MoU Joint Committee diberbagai bidang tersebut, Menristek akan mengirim para ahli untuk menindaklajuti kerjasama yang menurutnya setara dan sejajar.

Sebelumnya, kerjasama serupa antara Indonesia dan Iran sudah dimulai dengan penandatanganan nota kesepahaman antara kedua negara pada tanggal 10 Mei 2006 lalu.

Sementara, pada tahun 2003, kerjasama kedua negara di bidang riset dan iptek mulai dijajaki saat Menristek pada waktu itu Hatta Rajasa berkunjung ke Iran atas undangan Menteri Sains, Riset dan Teknologi Iran, Mostafa Moin.

Keduanya menandatangani Pernyataan Bersama yang berisikan tekad kedua belah pihak untuk meningkatkan hubungan persahabatan dan hubungan kerjasama di bidang riset dan iptek untuk meningkatkan pembangunan sosial ekonomi kedua negara. Tahun ini, Iran kembali mengundang Menristek untuk berkunjung ke Iran dan sekaligus menandatangani perpanjangan Nota Kesepahaman yang mendasari kerjasama riset dan iptek kedua negara.

Berdasarkan nota kesepahaman itu, kerjasama itu meliputi penelitian bersama, pertukaran para peneliti, pelatihan kerja, beasiswa dan kunjungan delegasi ilmiah.

Acara ramah tamah penuh kekeluargaan tersebut dihadiri juga oleh mahawasiswa Iran di Qom (HPI) dan Tehran, serta masyarakat Indonesia di Tehran.



Source : http://www.islamtimes.org

Loyalis Saddam Pendukung ISIS, Bunuh Seorang Hakim

Takfiri ISIS (Ilustrasi)


Berasal dari Halabja, Hakim Abdul Rahman mempopulerkan tuduhan bahwa Saddam diduga telah membunuh rakyatnya sendiri dengan senjata kimia pada 1988. Disinformasi tersebut secara luas digunakan oleh Amerika Serikat dan Inggris untuk membenarkan penggulingan Saddam.

Malang nian nasib hakim Irak yang namanya sempat melambung beberapa waktu lalu, Raouf Abdul Rahman, setelah menjatuhkan hukuman mati pada Saddam Hussein. Ia ditangkap dan dibunuh mantan anggota Pasukan Pengamanan Presiden Saddam dan telah bergabung dengan kawanan Negara Islam Irak dan Syam (ISIS).

Berasal dari Halabja, Hakim Abdul Rahman mempopulerkan tuduhan bahwa Saddam diduga telah membunuh rakyatnya sendiri dengan senjata kimia pada 1988. Disinformasi tersebut secara luas digunakan oleh Amerika Serikat dan Inggris untuk membenarkan penggulingan Saddam.

Bahkan, selama perang Irak-Iran yang dipaksakan (diawali invasi Irak pada 1980 terhadap beberapa daerah di Iran yang didukung AS cs), rezim Saddam juga menggunakan senjata kimia terlarang terhadap Halabja, yang menewaskan sedikitnya 5000 orang.

Pembalasan dendam ini menegaskan bahwa sisa-sisa perwira loyalis Saddam yang merupakan mantan pengawal presiden telah bergabung dengan kawanan jihadis untuk ikut memberontak melawan pemerintah sah Irak yang dipimipin Nouri al-Maliki.



Source : http://www.islamtimes.org

Dian Wirengjurit: Hubungan Iran-Indonesia Kesetaraan dan Menghormati

Bapak duta dan menristek (Islam Times)


Menurut Dian, Iran adalah negara yang tidak bergantung dengan negara lain, dan mampu berdiri sejajar dengan negara-negara maju di dunia diberbagai bidang termasuk, riset dan teknologi dan bisa ditranfser ke Indonesia tanpa syarat.

Duta Besar Indonesia untuk Iran, Dian Wirengjurit mengatakan, hubungan Indonesia dan Iran diberbagai bidang terutama Iptek dan Teknologi terjalin atas dasar kesetaraan, saling menghormati dan tanpa syarat. Kondisi ini menurutnya, berbeda dengan kerjasama antara negara-negara Barat yang selalu mendikte dan syarat yang memberatkan.

Pernyataan itu diutarakan oleh Bapak Duta dalam sambutan pertemuan dan ramah tamah dengan Mentri Riset dan Teknologi, Gusti Muhammad Hatta di Tehran pada Rabu sore, 25/06/14, di Wisma duta, di Tehran.

Dikatakannya, Iran adalah negara yang tidak bergantung dengan negara lain, dan mampu berdiri sejajar dengan negara-negara maju di dunia diberbagai bidang termasuk, riset dan teknologi. Ditambahkannya, kemajuan teknologi Iran tersebut bisa ditransfer ke Indonesia tanpa syarat.

"Iran negara yang tidak bergantung dengan negara lain, dan merupakan salah satu negara penuh peradaban yang bisa mentransfer kemajuannya ke Indonesia, dan bisa mempertahankan hubungan kesetaraan tanpa syarat."

Kerjasama di bidang riset dan iptek antara Indonesia dengan Iran secara resmi dimulai pada tahun 2006 yang ditandai dengan penandatantangan Nota Kesepahaman antara Menteri Riset dan Teknologi saat itu, Kusmayanto Kadiman dengan Menteri Luar Negeri Iran, di hadapan presiden SBY dan Presiden Mahmoud Ahmadinedjad.

Sejak itu, kedua negara membentuk Joint Committee Meeting (JCM) on Research and Technology yang sampai saat ini telah bertemu sebanyak empat kali baik di Iran maupun di Indonesia untuk membicarakan perkembangan kerja sama di bidang riset dan iptek. Kerjasama kedua negara diarahkan kepada iptek sebagai solusi atas permasalahan global saat ini.

Satu dari empat ahli riset dari perwakilan Kementrian Indonesia yang dipimpin langsung oleh Menristek Gusti Muhammad Hatta itu dalam bincang-bincang dengan Islam Times mengatakan, selama ini Indonesia dan Iran memfokuskan kerjasama riset dan ipteknya dalam beberapa bidang, termasuk ilmu kebumian, ruang angkasa, nanoteknologi, teknologi kedirgantaraan, ilmu kedokteran dan sel punca, serta bioteknologi.


Source : http://www.islamtimes.org

Muqtada al-Sadr Kecam Kehadiran Militer AS di Irak

Moqtada Sadr, ulama Iraq menentang AS.jpg


"Kami akan mengguncang tanah di bawah kaki kejahilan dan ekstremisme seperti yang kami lakukan terhadap agresor," kata Sadr dalam pidato televisi di kota suci Najaf.

Ulama Irak, Muqtada al-Sadr menolak kehadiran penasihat militer AS di Irak dan mengeluarkan peringatan pada militan Takfiri di sana.

Pada hari Rabu (25/6/14), Sadr mengecam intervensi AS di Irak dan berjanji akan menghentikan serangan teroris Negara Islam Irak dan Sham/Suriah (ISIS).

"Kami akan mengguncang tanah di bawah kaki kejahilan dan ekstremisme seperti yang kami lakukan terhadap agresor," kata Sadr dalam pidato televisi di kota suci Najaf.

Ulama terkemuka itu menambahkan, ia hanya akan menerima "dukungan internasional dari negara-negara non-agresor" pada tentara Irak.

Pernyataan Sadr muncul beberapa hari setelah para pendukungnya berpawai di Kota Sadr,  di utara Baghdad.

Tanggal 10 Juni lalu, ISIS mengambil alih ikota Mosul dan Tikrit dalam sebuah serangan kilat. Mereka bersumpah akan menyerang Baghdad.

Perdana Menteri Irak Nouri al-Maliki mengatakan bahwa pasukan keamanan negaranya akan sekuatt tenaga melawan teroris.

Analis: ISIS Sangat Terikat dengan Israel dan Saudi

Analis: ISIS Sangat Terikat dengan Israel dan Saudi


Kelompok yang disebut Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) bertujuan untuk mendestabilisasi Libanon, karena mereka (ISIS) sangat terikat dengan Israel dan Arab Saudi, kata seorang analis politik kepada Press TV.

Kelompok yang disebut Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) bertujuan untuk mendestabilisasi Libanon, karena mereka (ISIS) sangat terikat dengan Israel dan Arab Saudi, kata seorang analis politik kepada Press TV.

Dalam sebuah wawancara dengan Press TV pada hari Selasa (24/6/14), Ridwan Rizk mengatakan ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa para militan al-Qaeda yang berafiliasi dari ISIS didukung oleh rezim Israel dan Arab Saudi untuk melancarkan aksi mereka di kawasan.

"Kita tahu bahwa, kami telah menemukan bukti bahwa mereka militan ISIS sangat bergantung dengan Israel dan Wahhabi di Arab Saudi," kata Rizk.

Dia menambahkan bahwa militan ISIL Takfiri telah menyeberangi perbatasan Suriah ke Lebanon setelah mereka mengalami kerugian besar di Suriah, termasuk dalam pertempuran di wilayah strategis al-Qalamoun sepanjang perbatasan dengan Lebanon.

Analis mengatakan bahwa militan Takfiri berusaha untuk membalas kerugian yang mereka derita di Suriah dan Lebanon terhadap warga sipil.

Pemerintah Lebanon telah meningkatkan langkah-langkah keamanan di seluruh negeri setelah teroris ISIS mengancam akan mengacaukan negara tersebut.


Source : http://www.islamtimes.org

Buru ISIS, Irak akan Pakai Pesawat Tempur Baru

Nouri al-Maliki. Iraqi Prime Minister


 "Insya Allah," katanya, "Dalam waktu satu minggu pasukan ini akan efektif dan menghancurkan sarang teroris."

Perdana Menteri Irak Nouri al-Maliki mengatakan, "dalam beberapa hari" ini Irak akan menggunakan jet tempur dari Rusia untuk menghancurkan ISIS di seluruh wilayah Irak.

Dalam wawancara Kamis (26/6/14) dengan penyiar BBC Inggris, Maliki mengatakan Irak memperoleh "jet tempur bekas dari Rusia yang akan tiba di Irak dalam dua atau tiga hari."

"Insya Allah," katanya, "Dalam waktu satu minggu pasukan ini akan efektif dan  menghancurkan sarang teroris."

Maliki menambahkan, Irak telah membeli sejumlah jet tempur Sukhoi bekas dari Rusia dan Belarus sambil menegaskan bahwa pesawat itu bisa terbang untuk menjalankan misi di seluruh Irak dalam waktu beberapa hari ini.

Perdana menteri Irak juga mengecam kegagalan Washington memenuhi kontrak pengiriman jet tempur F-16 ke Irak. Baghdad sudah membeli 36 jet tempur Amerika, namun proses pengiriman berjalan sangat "lambat dan bertele tele."

"Saya katakan bahwa kami tertipu saat  menandatangani kontrak. Kita mestinya membeli jet tempur dari negara lain seperti Inggris, Perancis dan Rusia untuk pasukan kami..." tambahnya.

Perdana Menteri Maliki juga membela pemboman posisi ISIS yang dilakukan jet tempur Suriah di kota perbatasan Qaim meski Amerika Serikat dan sekutu Barat-nya mengecam pemboman tersebut.

"Ya, jet Suriah menyerang Qaim di sisi Suriah perbatasan," ujar Maliki. "Tidak ada koordinasi. Tapi kami menyambut tindakan ini. Kami benar-benar menyambut setiap serangan Suriah terhadap ISIS..."


Source : http://www.islamtimes.org

Pejabat Iran: Ketidakamanan TimTeng Terus Meningkat Dengan Bantuan Senjata AS

Pejabat Iran: Ketidakamanan TimTeng Terus Meningkat Dengan Bantuan Senjata AS


Seorang diplomat senior Iran telah mengkritik masuknya bantuan senjata ke Suriah, mengatakan selama bantuan senjata terus mengalir ke negara Arab ini, maka, ketidakamanan akan terus meningkat.

rang diplomat senior Iran telah mengkritik masuknya bantuan senjata ke Suriah, mengatakan selama bantuan senjata terus mengalir ke negara Arab ini, maka, ketidakamanan akan terus meningkat.

Wakil Menteri Luar Negeri Iran untuk Urusan Arab dan Afrika Hossein Amir-Abdollahian membuat pernyataan dalam pertemuan dengan Sigrid Kaag, kepala Misi Bersama Organisasi untuk Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) di Suriah, Kamis (26/6/14). Pertemuan tersebut diselenggarakan di ibukota Iran, Teheran.

"Mengingat fakta bahwa beberapa pihak mendukung gagasan pengiriman senjata ke Suriah, seseorang tidak dapat optimis tentang masa depan keamanan di kawasan itu," kata Amir-Abdollahian, menambahkan bahwa krisis Suriah hanya dapat diselesaikan melalui jalur politik.

Damaskus telah berulang kali mengatakan AS dan sekutu regionalnya telah membantu militan Takfiri di negara itu dengab bantuan dana, senjata dan pelatihan militer.

Laporan juga menunjukkan bahwa para militan asing secara diam-diam dilatih di negara tetangga Yordania oleh Badan Intelijen AS (CIA).

Menunjuk pada keberhasilan penghapusan senjata kimia Suriah, Amir-Abdollahian menambahkan, Upaya oleh Republik Islam dan PBB menunjukkan bahwa dengan langkah-langkah profesional, keberhasilan dapat dicapai di bidang lain termasuk mencari solusi politik di Suriah.

Direktur Jenderal OPCW Ahmet Uzumcu mengkonfirmasi pada hari Senin bahwa Suriah telah menyerahkan komponen terakhir dari gudang senjata kimia.

Diplomat Iran lebih lanjut mencatat bahwa ketika kita berbicara tentang senjata pemusnah massal, rezim Israel adalah ancaman utama di kawasan dan dunia.


Source : http://www.islamtimes.org

Pejabat AS: ISIS Tak Mampu Taklukan Baghdad

ISIS bantai penduduk sipil di Irak


Secara keseluruhan, hingga 10 ribu teroris ikut memberontak dengan kelompok brutal itu, dengan rincian, sekitar 3000 teroris bercokol di Irak dan 7000 lainnya beroperasi di Suriah, kata pejabat intelijen itu.

Kelompok militan Wahhabi Takfiri di Irak merupakan sebuah pasukan kuat yang beranggotakan ribuan personil, termasuk beberapa warga Amerika, ungkap seorang pejabat intelijen senior kepada CBS News, Selasa (24/6).

Sebagian besar teroris yang tergabung dalam kelompok Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) merupakan warga keturunan Arab Saudi, Irak, dan Suriah.

Secara keseluruhan, hingga 10 ribu teroris ikut memberontak dengan kelompok brutal itu, dengan rincian, sekitar 3000 teroris bercokol di Irak dan 7000 lainnya beroperasi di Suriah, kata pejabat intelijen itu. Antara 3000 hingga 5000 teroris merupakan warga asing, kendati berapa jumlah mereka yang mengacau di Irak sulit untuk dipastikan.

Para pemberotak memandang Suriah dan Irak sebagai salah satu medan tempur dan mampu bergerak cepat di Irak berkat bantuan kaum Wahhabi setempat (termasuk beberapa pejabat daerah)--ikatan yang digambarkan pejabat intelijen itu lebih dari sekadar "hubungan yang nyaman" ketimbang sebuah aliansi formal. Sementara warga Irak utara lainnya yang bermazhab Sunni, terlebih Muslim Syiah dan suku Kurdi, menurut pelbagai informasi terpercaya, justru mengalami intimidasi dan teror, hingga pembantaian massal dengan cara penggal kepala.

Pejabat itu juga mengatakan bahwa kelompok teroris yang juga dikenal dengan Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) itu punya posisi yang baik untuk menjaga wilayah yang telah dicaploknya, namun hanya akan melebar secara tipis jika berupaya bergerak ke arah selatan, persisnya ke Baghdad. Dengan kata lain, kawanan teroris itu tak akan mampu menaklukan Baghdad.

Mereka, klaimnya, beniat untuk menarget kepentingan AS.


Source : http://www.islamtimes.org

Iran Akan Kirim Senjata Atas Permintaan Irak

Hossein Amir-Abdollahian, Wakil Menlu Iran untuk Urusan Arab dan Afrika.jpg


 "Jika Irak mengajukan permohonan, kami (Iran) akan mengirim peralatan militer ke Irak dalam kerangka hukum internasional..." kata Deputi Menteri Luar Negeri Iran untuk Urusan Arab dan Afrika Hossein Amir-Abdollahian dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Al-Alam pada Kamis (26/6/14).

Seorang pejabat tinggi Iran mengatakan, Republik Islam akan mengirim amunisi dan peralatan militer ke Irak untuk membantu negara tetangganya itu memerangi teroris Negara Islam Irak dan Sham/Suriah (ISIS).

"Jika Irak mengajukan permohonan, kami (Iran) akan mengirim peralatan militer ke Irak dalam kerangka hukum internasional..." kata Deputi Menteri Luar Negeri Iran untuk Urusan Arab dan Afrika Hossein Amir-Abdollahian dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Al-Alam pada Kamis (26/6/14).

Ia menambahkan, Baghdad belum mengajukan permintaan tersebut sambil menggarisbawahi bahwa Irak memiliki kemampuan untuk menghadapi militan ISIS.

Amir-Abdollahian juga menekankan bahwa Iran akan bersama dengan Irak dalam upaya melawan terorisme.

Berbicara di sela-sela konferensi pers Dewan Menteri Luar Negeri Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di kota Jeddah, Saudi tanggal 18 Juni lalu, Menteri Luar Negeri Irak Hoshyar Zebari mengatakan pemerintah Irak akan meminta bantuan Iran untuk melawan ISIS.

Tanggal 10 Juni lalu, teroris ISIL menguasai kota Mosul dan Tikrit. Ratusan ribu rakyat Irak terpaksa keluar dari rumah mereka.


Source : http://www.islamtimes.org

Iran Kecam Hukum Saudi

Ayatullah Nimr al-Nimr, Ulama Saudi.jpg


Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, Mayor Jenderal Hassan Firouzabadi pada Kamis (26/6/14) mengatakan harapannya agar hukum "tidak adil" itu bisa ditinjau kembali.

Seorang komandan senior Iran mengecam Kerajaan Arab Saudi karena menjatuhkan hukuman mati untuk seorang ulama terkenal Saudi.

Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, Mayor Jenderal Hassan Firouzabadi pada Kamis (26/6/14) mengatakan harapannya agar hukum "tidak adil" itu bisa ditinjau kembali.

Arab Saudi menjatuhkan hukuman mati untuk 26 orang dengan tuduhan berpartisipasi dalam protes terhadap keluarga penguasa dan berpidato yang isinya 'menghasut' masyarakat.

Di antara mereka yang menjatuhkan hukuman mati adalah Sheikh Nimr yang ditangkap oleh pasukan keamanan dalam perjalanan ke rumahnya di Provinsi Timur Qatif pada 8 Juli 2012.

Nimr dituduh mengganggu keamanan negara, berpidato anti-rezim, menghina Raja Abdullah di khotbah Salat Jumat, dan membela para tahanan politik.

Aktivis Saudi, Kamel Abbas al-Ahmed, juga ditahan setelah mengkritik rezim dan memperjuangkan kebebasan beragama.

Pada 2009, Ahmed menolak pernyataan Adel al-Kelbani, Imam Masjid Mekah, bahwa Muslim Syiah adalah 'kafir.' Ia lalu bergabung dengan sekelompok aktivis politik yang terdiri dari penulis dan intelektual yang mengatakan bahwa pemerintah Saudi bertanggung jawab dalam diskriminasi sektarian antar Muslim di negara itu.


Source : http://www.islamtimes.org

6.26.2014

ISIS Gunakan Kendaraan AS untuk Perangi Rival di Suriah

Humvees buatan AS ((File photo: Reuters)


ISIS, sebuah kelompok sempalan jaringan Takfiri al-Qaeda yang bercita-cita mendirikan khilafah "Islam" meliputi Irak dan Suriah itu memicu pemberontakan di Irak dalam dua minggu terakhir dan mengambil alih beberapa kota utara Mosul dan jalur penyeberangan perbatasan dengan Suriah.

Kelompok takfiri ISIS yang juga membantai rival takfiri di Suriah utara dalam operasi pembantaian terbaru di Suriah menggunakan kendaraan militer buatan AS yang dipasok dari Irak.

ISIS, sebuah kelompok sempalan jaringan Takfiri al-Qaeda yang bercita-cita mendirikan khilafah "Islam" meliputi Irak dan Suriah itu memicu pemberontakan di Irak dalam dua minggu terakhir dan mengambil alih beberapa kota utara Mosul dan jalur penyeberangan perbatasan dengan Suriah.

Kemajuan ISIS di Irak tampaknya mendorong cabang ISIS di Suriah untuk lebih semangat melawan tentara Suriah sekaligus pemberontak rival dari Tentara Bebas Suriah (FSA) serta Front al-Nusra.

Pekan lalu, ISIS merebut jalur perbatasan Irak-Suriah dari tangan Takfiri saingan, Front al-Nusra dan FSA.

Menurut laporan dari Reuters pada Senin, 23/06/14, untuk pertama kalinya, elemen-elemen ISIS Suriah menggunakan kendaraan militer jenis Humvee buatan AS sarat dengan senjata yang digunakan dalam pertempuran di wilayah utara Provinsi Aleppo, Suriah, demikian pernyataan Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia pada Ahad, 22/06/14.

Kendaraan yang dirancang khusus untuk militer itu juga digunakan dalam serangan terbaru mereka untuk mendapatkan kontrol desa-desa di luar kota Azaz, dekat perbatasan Turki, katanya.

Observatory lebih lanjut mengatakan, ISIS di Suriah sudah dipasok puluhan kendaraan jenis yang sama dari Irak untuk memerangi rivalnya.

Amerika Serikat diketahui sejak lama memasok kendaraan jenis Humvee kepada tentara Irak. Namun, pengkhianatan para perwira Irak pendukung Saddam Husain menyerahkan kendaran-kendaraan itu kepada ISIS pekan lalu.

Selama ini ISIS juga terkenal mengambil berbagai jenis peralatan militer dari pasukan Irak yang membelot termasuk kendaraan lapis baja.


Source : http://islamtimes.org

PBB: 1.075 Orang Irak Tewas Hanya dalam 17 Hari

ISIL Iraq, membantai masyarakat tak berdosa.jpg


Setidaknya 1.075 orang tewas dan 658 terluka selama 17 hari itu, kata Rupert Colville, juru bicara kantor HAM PBB pada wartawan di Jenewa.

Sejak 5-22 Juni, kerusuhan mematikan di Irak menewaskan 1.000 orang lebih  setelah Negara Islam Irak dan Sham/Suriah (ISIS) menyerang wilayah utara dan barat Irak.

Setidaknya 1.075 orang tewas dan 658 terluka selama  17 hari itu, kata Rupert Colville, juru bicara kantor HAM PBB pada wartawan di Jenewa.

Sementara itu, pasukan Irak masih melanjutkan pertempuran melawan ISIS yang mengancam akan menyerang beberapa kota Irak, termasuk Baghdad.

Pada 10 Juni lalu, teroris Takfiri ISIL menguasai Mosul, ibukota Nineveh Province. Mereka kemudian mengambil alih kota Tikrit, 140 km di barat laut Baghdad.

Perdana Menteri Irak Nouri al-Maliki mengatakan bahwa pasukan keamanan negaranya akan berjuang melawan teroris.


Source : http://islamtimes.org

Duta Suriah: AS dan Barat Provokator Krisis Suriah

Adnan Mahmoud, Duta Suriah untuk Iran.jpg


 AS, Barat dan negara regional bertanggung jawab dalam krisis Suriah dan pembunuhan rakyat Suriah serta Irak, kata Mahmoud pada wartawan di Tehran, Selasa (23/6/14).


Duta Besar Suriah untuk Tehran, Adnan Mahmoud mengatakan Amerika Serikat, sekutu Barat-nya dan negara-negara tertentu di Timur Tengah adalah provokator krisis yang saat ini sedang berlangsung di Suriah.

AS, Barat dan negara regional bertanggung jawab dalam krisis Suriah dan pembunuhan rakyat Suriah serta Irak, kata Mahmoud pada wartawan di Tehran, Selasa (23/6/14).

Sejak awal perang di Suriah, Damaskus telah memperingatkan bahaya penyebaran terorisme di wilayah dan mendesak masyarakat internasional bertindak serius melawan teroris serta negara-negara pendukungnya.

Ia juga menekankan, Suriah telah memerangi kelompok Takfiri dukungan Barat selama tiga tahun terakhir ini.

Mahmoud menyatakan, teroris Takfiri berusaha melemahkan Suriah, membagi negara itu dan melemahkan perlawanan di Timur Tengah.

Diplomat Suriah itu mengatakan, terorisme telah menjadi "ancaman besar" untuk negara-negara di kawasan dan di seluruh dunia. Dan AS serta Barat secara langsung bertanggung jawab dalam hal ini.


Source : http://islamtimes.org

Suku Sunni Bantu Tentara Irak Melawan ISIS




Sheikh Muhammad Blasem, kepala Kantor Wakaf Muslim Sunni di Basra, mengatakan pada reporter Al-Alam bahwa kelompoknya akan berjuang untuk melindungi rakyat Irak di bawah komando pasukan keamanan Irak.

Relawan
Sebuah kelompok Muslim Sunni yang disebut "Ahl al-Sunnah" dan terdiri dari delapan suku Sunni di provinsi Basra Irak telah mendaftarkan diri untuk melawan teroris ISIS.

Koresponden al-Alam di Basra melaporkan pada Selasa (23/6/14) bahwa pejuang dari delapan suku Sunni itu mendaftarkan kelompoknya untuk bekerja sama dengan tentara dalam melawan teroris ISIS.

Sheikh Muhammad Blasem, kepala Kantor Wakaf Muslim Sunni di Basra, mengatakan pada reporter Al-Alam bahwa kelompoknya akan berjuang untuk melindungi rakyat Irak di bawah komando pasukan keamanan Irak.

Sejauh ini, pasukan Irak masih melanjutkan pertempuran melawan kelompok Takfiri ISIS yang mengancam akan menyerang beberapa kota Irak, termasuk Baghdad.

Perdana Menteri Irak Nouri al-Maliki mengatakan bahwa negaranya akan melawan teroris dan menghancurkan 'konspirasi' yang telah merenggut ratusan nyawa rakyat Irak.

Sebuah laporan PBB pada Selasa (23/6) menyatakan bahwa 1.000 orang lebih telah tewas dalam peristiwa baru-baru ini di Irak.


Source : http://islamtimes.org

6.22.2014

Update: Tentara dan Suku Irak Tewaskan Puluhan ISIS

Tentara Irak


"Operasi Dijla oleh Pasukan Komando menewaskan 4 elemen ISIS dalam operasi keamanan di distrik al-Adhim," katanya.

Tentara Irak dari Batalyon Peshmirga menewaskan tiga teroris yang berafiliasi dengan Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) di distrik Saadiya pada Ahad, 22/06/14.

Menurut sumber keamanan, pasukan yang didukung oleh warga suku bentrok dengan elemen ISIS selama berjam-jam, menewaskan 3 dari mereka, sementara sisanya berhasil melarikan diri.

Ditempat lain, pasukan keamanan juga berhasil membunuh 7 elemen ISIS di Diyala.

"Operasi Dijla oleh Pasukan Komando menewaskan 4 elemen ISIS dalam operasi keamanan di distrik al-Adhim," katanya.

"Pasukan polisi Diyala juga menewaskan 3 elemen ISIS di distrik al-Mukdadiya," tambah sumber itu kepada wartawan, Ahad, 22/06/14.


Source : http://islamtimes.org

Wirengjurit: Indonesia Ingin Kembangkan Kerjasama Ekonomi dengan Iran

Dian Wirengjurit : Hubungan Iran - Indonesia.jpg


 Ia juga mengatakan, Iran-Indonesia memiliki kesamaan sejarah dan budaya yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mempromosikan kerjasama ekonomi mereka.

Duta besar Indonesia untuk Tehran, Dian Wirengjurit mengatakan, Jakarta tertarik memperluas kerjasama ekonomi dengan Tehran.

Dalam sebuah pertemuan di provinsi Markazi, Iran pada Kamis (19/6/14), Wirengjurit memuji potensi ekonomi Iran. Ia juga mengatakan, Iran-Indonesia memiliki kesamaan sejarah dan budaya yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mempromosikan kerjasama ekonomi mereka.

Wirengjurit menggarisbawahi, Indonesia tertarik meningkatkan hubungan ekonomi dengan negara-negara Muslim, termasuk Iran.

Pejabat Iran itu juga menggarisbawahi perlunya perluasan hubungan ekonomi dengan Indonesia.

Kepala Kamar Dagang Iran, Gholam-Hossein Shafeyee Februari lalu mengumumkan bahwa Iran dan Indonesia berencana membuka kamar dagang bersama dalam waktu dekat ini.


Source :http://islamtimes.org

Barat Tidak Peduli Catatan HAM Bahrain dan Saudi

Polisi dan pemuda Bahrain


"Mereka [negarawan Barat] pergi ke Arab Saudi untuk menjual senjata mereka, untuk meneken kontrak. Mereka tidak khawatir tentang catatan hak asasi manusia Saudi, apalagi di Bahrain...," tambah Bambery.

Barat lebih peduli pada penjualan senjata ke Bahrain dan Arab Saudi dari pada catatan hak asasi manusia yang mengerikan di kedua negara itu, seorang analis mengatakan pada Press TV.

Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Press TV hari Sabtu (19/4/14), Chris Bambery menyatakan, negarawan Barat bertahan menutup mata akan catatan HAM Saudi saat mengunjungi negara itu.

"Mereka [negarawan Barat] pergi ke Arab Saudi untuk menjual senjata mereka, untuk meneken kontrak. Mereka tidak khawatir tentang catatan hak asasi manusia Saudi, apalagi di Bahrain...," tambah Bambery.

Bambery adalah anggota terkemuka Grup Sosialis Internasional yang berbasis di Skotlandia. Dia menegaskan bahwa Presiden AS Barack Obama bahkan tidak menyebut sepatah kata pun tentang Bahrain dalam kunjungannya ke Arab Saudi lalu.

Bambery menambahkan, masalah Bahrain pada dasarnya tidak begitu penting bagi Barat. Saudi yang merasa lebih menekan revolusi Bahrain dan mempertahankan represi di sana.

Pemberontakan Bahrain dimulai pertengahan Februari 2011. Sebulan kemudian,
Saudi dan Uni Emirat Arab mengirim pasukan ke negara itu atas permintaan Manama untuk membantu memadamkan protes nasional.


Source : http://islamtimes.org

Takfiri Akan Menjadi Senjata Makan Tuan

Takfiri Akan Menjadi Senjata Makan Tuan


Pemimpin Revolusi Islam Ayatollah Seyyed Ali Khamenei telah memperingatkan bahwa ancaman yang ditimbulkan oleh kelompok Takfiri akhirnya akan menjadi bumerang bagi pendukung regional mereka.

Pemimpin Revolusi Islam Ayatollah Seyyed Ali Khamenei telah memperingatkan bahwa ancaman yang ditimbulkan oleh kelompok Takfiri akhirnya akan menjadi bumerang bagi pendukung regional mereka.

"Sayangnya, beberapa negara-negara regional tidak menyadari bahwa kelompok-kelompok Takfiri ini akan membahayakan mereka di masa depan dan terus mendukung kelompok-kelompok ini, " kata Ayatollah Khamenei dalam pertemuan dengan Emir Kuwait Sheikh Sabah al - Ahmad al - Jaber Al Sabah di Teheran pada hari Senin (2/6/14).

Beberapa negara-negara regional saat ini mendukung kejahatan dan pembantaian yang dilakukan oleh kelompok Takfiri di Suriah dan di tempat lain, kata Pemimpin, menambahkan, bahwa dalam waktu yang tidak terlalu lama, kelompok ini akan berbalik melawan pendukung setia mereka. "

Ayatollah Khamenei lebih lanjut menyatakan bahwa Republik Islam Iran selalu berusaha menjalin hubungan sehat dengan negara tetangga Teluk Persia, menambahkan, "Keamanan wilayah ini bergantung pada hubungan yang sehat dan baik di antara semua negara-negara regional.

Emir Kuwait, untuk bagian itu, mengatakan bahwa negaranya sepenuhnya siap untuk membuka halaman baru dalam hubungan ekonomi dengan Republik Islam, mengatakan Teheran dan Kuwait sepakat untuk meningkatkan kerja sama ekonomi dan perdagangan yang saling menguntungkan.

Dia juga menyatakan harapan bahwa konflik di Suriah akan diselesaikan melalui cara-cara damai dan berdasarkan kehendak bangsa Suriah.


Source : http://islamtimes.org

Welch: AS Danai ISIS

ISIL di Iraq, kekejaman yang tidak pernah terjadi dalam sejarah manusia


"ISIS...didanai AS untuk melawan Suriah dan AS telah melatih ISIS di Yordania dan negara-negara lain," Daniel Patrick Welch mengatakan pada Press TV dalam sebuah wawancara telepon pada Kamis (19/6/14).

Seorang analis politik Amerika mengatakan, Negara Islam Irak dan Sham (ISIS) merupakan salah satu kelompok teroris yang didanai AS untuk melawan Suriah.

"ISIS...didanai AS untuk melawan Suriah dan AS telah melatih ISIS di Yordania dan negara-negara lain," Daniel Patrick Welch mengatakan pada Press TV dalam sebuah wawancara telepon pada Kamis (19/6/14).

Mengomentari pernyataan Presiden AS Barack Obama baru-baru ini bahwa ia tidak memerlukan persetujuan kongres untuk melancarkan serangan udara di Irak, Welch mengatakan bahwa masalah pengesahan dalam politik Amerika sudah tidak mendapat perhatian lagi.

"Sejak Vietnam dan...tahun-tahun terakhir, aparat kebijakan luar negeri yang bertindak sebagai mesin perang benar-benar tidak diperhatikan...dalam hal ini Obama mengatakan dia tidak membutuhkannya..." tambah Welch.

Pada Rabu (18/6), Obama bertemu dengan anggota senior Kongres dan membahas apakah AS akan membantu Baghdad menghentikan kemajuan militan ISIS.

Namun beberapa pejabat AS, termasuk ketua Komite Intelijen Senat AS, Senator Dianne Feinstein dan Senator Republik, John McCain mengatakan Perdana Menteri Irak Nouri al-Maliki harus 'hengkang’ sebelum AS menggunakan kekuatan udaranya di Irak.

Menurut Welch, AS kembali "bermain di kedua belah pihak seperti yang selalu dilakukannya."


Source : http://islamtimes.org

Militan Takfiri ISIS Disponsori Saudi, Dilatih AS

Militan Takfiri ISIS Disponsori Saudi, Dilatih AS


 "ISIS adalah ciptaan yang sangat artifisial. Menurut semua data yang kita miliki, kelompok itu adalah pertama yang dibiayai dan diperintahkan oleh Pangeran Abdul Rahman Faisal dari Arab Saudi, "kata Webster Griffin Tarpley dalam sebuah wawancara hari Jumat (20/6/14) dengan Press TV.

Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) adalah kelompok boneka yang disponsori oleh Arab Saudi dan dilatih oleh agen Barat, kata seorang analis politik kepada Press TV.

"ISIS adalah ciptaan yang sangat artifisial. Menurut semua data yang kita miliki, kelompok itu adalah pertama yang dibiayai dan diperintahkan oleh Pangeran Abdul Rahman Faisal dari Arab Saudi, "kata Webster Griffin Tarpley dalam sebuah wawancara hari Jumat (20/6/14) dengan Press TV.

"Ini adalah operasi Saudi dengan supervisor AS, Inggris dan Perancis, dengan kata lain NATO, kelompok ini telah didirikan di Yordania, beberapa bulan yang lalu, untuk melatih pejuang gerilya, pasukan brutal yang akan digunakan untuk melawan Presiden Suriah Bashar al-Assad, tetapi sekarang mereka sudah memiliki target yang lain, "jelasnya.

"Jadi, kita sedang dihadapkan dengan situasi yang sangat artifisial tapi tentu saja hal ini dapat menyebabkan tragedi nyata," ungkap Tarpley.

Analis berpendapat, AS harus mengeluarkan ultimatum ke Arab Saudi, Qatar, Kuwait, Uni Emirat Arab, Oman dan sisa dari negara-negara Teluk Persia untuk menghentikan pendanaan dan dukungan logistik untuk ISIS, dan bekerja sama dengan Assad, sebagaimana pemerintah Suriah adalah pemain kunci yang mampu menghancurkan pondasi dasar ISIS


Source : http://islamtimes.org

AS Tidak Serius Dalam Memerangi Terorisme di Irak

AS Tidak Serius Dalam Memerangi Terorisme di Irak


"Pernyataan baru Obama menunjukkan bahwa Gedung Putih tidak serius dalam menghadapi terorisme di Irak dan kawasan itu," kata Wakil Menteri Luar Negeri Iran untuk Urusan Arab dan Afrika Hossein Amir-Abdollahian, Jumat (20/6/14).

Seorang pejabat senior Iran mengatakan bahwa pemerintahan Presiden AS Barack Obama tidak serius dalam memerangi terorisme di Irak.

"Pernyataan baru Obama menunjukkan bahwa Gedung Putih tidak serius dalam menghadapi terorisme di Irak dan kawasan itu," kata Wakil Menteri Luar Negeri Iran untuk Urusan Arab dan Afrika Hossein Amir-Abdollahian, Jumat (20/6/14).

Komentar ini datang satu hari setelah Obama mengatakan ia berencana untuk mengirim penasihat militer ke Baghdad tanpa mengumumkan tindakan lebih lanjut terhadap militan Takfiri (ISIS).

Amir-Abdollahian mengatakan keterlambatan AS dalam memerangi terorisme dan ISIS telah memicu kecurigaan dan keraguan tentang tujuan AS di Irak.

Dia menambahkan bahwa Amerika Serikat berupaya untuk memicu sektarianisme di Irak bukan memerangi terorisme di sana.

Amir-Abdollahian mengatakan kegagalan Washington dalam membedakan antara "teroris dan kelompok oposisi politik di Suriah semakin memperkuat terorisme dan mengakibatkan pembentukan kelompok-kelompok seperti ISIS.


Source : http://islamtimes.org

Ulama Iran: ISIS akan Serang Pendukungnya

ISIL Iraq, bagaikan semut Marabunta


Kazem Seddiqi, imam shalat Jumat di Tehran, mengatakan bahwa Uni Emirat Arab, Kuwait, Qatar, Arab Saudi dan Turki tidak akan kebal dari kegiatan teroris dan plot yang telah mereka terapkan pada Iran akan menjadi bumerang mereka.

Seorang ulama Iran mengatakan, teroris Takfiri di Irak akan segera menyerang negara-negara yang mendukung mereka.

Kazem Seddiqi, imam shalat Jumat di Tehran, mengatakan bahwa Uni Emirat Arab, Kuwait, Qatar, Arab Saudi dan Turki tidak akan kebal dari kegiatan teroris dan plot yang telah mereka terapkan pada Iran akan menjadi bumerang mereka.

Ulama Iran itu mengacu pada teroris Negara Islam Irak dan Sham (ISIS) yang berafiliasi dengan al-Qaeda dan saat ini tengah memporakporandakan Irak.

Seddiqi menggambarkan ISIS sebagai kelanjutan dari konspirasi pemerintah Barat terhadap wilayah Timur Tengah setelah menciptakan "Wahhabisme, al-Qaeda dan Taliban."

"(Gelombang) kebangkitan Islam mengejutkan mereka (pemerintah Barat) dan mereka mempromosikan Islamofobia, Shiaphobia dan Iranophobia untuk melawan gelombang tersebut," kata ulama Iran.

Di tempat lain dalam sambutannya, Seddiqi mengatakan Amerika Serikat telah mempersenjatai teroris ISIL melalui "pemerintah di kawasan."

Pada 10 Juni lalu, militan ISIS mengambil alih kota Mosul, ibukota Provinsi Nineveh, Irak. Mereka kemudian mengambil alih kota Tikrit, yang terletak sekitar 140 km dari Baghdad.


Source : http://islamtimes.org

Petraeus: AS Harus Membom Militan Irak

David-Petraeus, pensiunan Jenderal AS.jpg


"Kita harus berhati-hati untuk tidak memihak saat kita menawarkan dukungan militer. Tapi ancaman yang ditimbulkan ISIS menunjukkan bahwa aksi militer diperlukan," kata pensiunan jenderal itu pada koran Daily Telegraph hari Jumat (20/6/14).


Mantan komandan pasukan AS di Irak, David Petraeus mengatakan Amerika harus memulai serangan udara terhadap kelompok militan al-Qaeda di Irak.

"Kita harus berhati-hati untuk tidak memihak saat kita menawarkan dukungan militer. Tapi ancaman yang ditimbulkan ISIS menunjukkan bahwa aksi militer diperlukan," kata pensiunan jenderal itu pada koran Daily Telegraph hari Jumat (20/6/14).

"Kita harus menyadari bahwa ISIS bukan hanya ancaman untuk Irak tapi juga untuk Inggris dan negara-negara lainnya," tambahnya.

"Tampaknya (ISIS) lebih dari sebuah kelompok teroris, akan berubah menjadi pasukan teroris yang mengakuisisi sumber daya keuangan dari penjarahan bank dan perusahaan kriminal lainnya," kata Petraeus.

"Jika ISIS dipandang sebagai organisasi teroris yang berpotensi terlibat dalam aksi terorisme di luar Timur Tengah, maka ini membuat sasaran target bernilai lebih tinggi," katanya.

Presiden Obama mengatakan ia sedang meninjau opsi militer untuk membantu pemerintah Irak melawan militan.

Sementara itu, Pentagon memindahkan tiga kapal perang ke Teluk Persia demi memudahkan Obama mengambil pilihan tentang serangan udara terhadap militan ISIS.


Source : http://islamtimes.org

6.21.2014

Tentara Suriah Hancurkan Frontal-Nusra di Perbatasan Libanon

Front al-Nusra di desa Aziza, Suriah.jpg


Media Libanon melaporkan Rabu (18/6/14) bahwa tentara Suriah telah membombardir kelompok Front al-Nusra di desa itu dan menewaskan puluhan anggotanya.

Pasukan militer Suriah berhasil menghancurkan benteng Front al-Nusra di desa Arsal, perbatasan Libanon.

Media Libanon melaporkan Rabu (18/6/14) bahwa tentara Suriah telah membombardir kelompok Front al-Nusra di desa itu dan menewaskan puluhan anggotanya.

Para pemberontak al-Nusra dilaporkan mencoba menyusup ke wilayah Suriah dari pegunungan di Libanon timur.

Tentara Suriah bekerja sama dengan gerakan perlawanan Hizbullah dalam melawan berbagai kelompok pemberontak di kedua negara tetangga.

Pada Rabu (18/6), Presiden Suriah Bashar al-Assad mengutuk dukungan Barat untuk kelompok teroris di Suriah.

Assad mengatakan negara-negara yang mendukung militan bersenjata di Suriah pada akhirnya akan menghadapi konsekuensi kebijakan tersebut.

Suriah dicengkeram kekerasan mematikan selama tiga tahun lebih. Lebih dari 160.000 orang dilaporkan tewas dan jutaan lainnya mengungsi karena kekerasan yang terjadi di Suriah.



Source : http://islamtimes.org

AS Akan Kirim 100 Pasukan Khusus ke Baghdad

Tentara AS, menuju Iraq.jpg


Seorang pejabat lain mengatakan, 100 tentara itu akan menggelar serangan udara jika pemerintah AS memerintahkan langkah itu nantinya.

Washington mungkin akan mengerahkan 100 tentara pasukan khusus untuk membantu tentara Irak di Baghdad menghadapi militan ekstremis, pejabat AS mengatakan Kamis (19/6/14).

Presiden Barack Obama merasa lebih cocok melakukan tindakan terbatas dengan "menanamkan" komando dalam pasukan Irak, kata salah satu pejabat pertahanan Amerika secara rahasia pada AFP.

Seorang pejabat lain mengatakan, 100 tentara itu akan menggelar serangan udara jika pemerintah AS memerintahkan langkah itu nantinya.

Seratus tentara itu akan bekerja sama dengan 275 tentara yang sudah dimobilisasi Obama sebelumnya untuk meningkatkan keamanan di kedutaan besar AS di Baghdad, tambah pejabat itu.

Sebelumnya, perwira militer AS juga menegaskan bahwa jet tempur F-18 akan terbang dari kapal induk George HW Bush di Teluk Persia untuk mengawasi Irak.

"Kami terbang baik (dengan psawat) berawak dan tak berawak..." kata perwira itu.

Pentagon sebelumnya mengakui bahwa drone robot telah menyediakan data intelijen pada militer Irak dan Washington telah memperbanyak jumlah pesawat yang terlibat dalam beberapa pekan terakhir sesuai permintaan Baghdad.


Source : http://islamtimes.org

Menlu Saudi Tolak Tuduhan Irak

Saud al-Faisal, Menlu Saudi Arabia.jpg


Berpidato dalam sesi ke-41 Konferensi Menteri Luar Negeri Organisasi Kerjasama Islam (OKI), al-Faisal menolak tuduhan Perdana Menteri Irak bahwa kerajaannya mendukung militan radikal.

Menteri Luar Negeri Saudi, Saud al-Faisal mengatakan bahwa kebijakan Perdana Menteri Irak adalah penyebab utama aksi sektarianisme di negara itu.

Berpidato dalam sesi ke-41 Konferensi Menteri Luar Negeri Organisasi Kerjasama Islam (OKI), al-Faisal menolak tuduhan Perdana Menteri Irak bahwa kerajaannya mendukung militan radikal.

Dalam konferensi tersebut, para menteri yang hadir membahas situasi di Irak, Suriah dan Palestina serta tantangan yang dihadapi minoritas Muslim di beberapa negara.

Al-Maliki sebelumnya menuduh tetangga Arab Saudi mendukung kelompok-kelompok teroris yang beroperasi di negaranya.

"Terorisme saat ini berasal dari Arab Saudi," kata Maliki dalam sebuah wawancara baru-baru ini.

Perdana menteri Irak juga menyalahkan negara-negara lain yang mensponsori terorisme di Suriah seperti Qatar dan Turki.


Source : http://islamtimes.org

6.20.2014

Warga Irak di London Kecam BBC

demo anti siaran BBC tentang Iraq.jpg


Mereka berkumpul di luar markas BBC pada Rabu (18/6/14). Mereka berpendapat, BBC telah memberi legitimasi pada teroris Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) dengan menyebut mereka pemberontak Sunni. Padahal ISIS adalah teroris yang datang dari Eropa dan dunia Arab.

Sekelompok warga Irak menggelar demonstrasi di London dan mengecam laporan British Broadcasting Corporation (BBC) tentang kondisi Irak, Press TV melaporkan.

Mereka berkumpul di luar markas BBC pada hari Rabu (18/6/14). Mereka berpendapat, BBC telah memberi legitimasi pada teroris Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) dengan menyebut mereka pemberontak Sunni. Padahal ISIS adalah teroris yang datang dari Eropa dan dunia Arab.

Mereka juga meminta BBC mencerminkan realitas di lapangan dimana ribuan suku Sunni dari provinsi Anbar bergabung dengan tentara pemerintah dalam perang melawan ISIS.

Para pengunjuk rasa memegang spanduk bertuliskan, "BBC sajikan fakta yang benar," dan "Irak Bersatu Melawan Terorisme".

"...Kita ingin mengklarifikasi di sini, bahwa seluruh Irak bersatu melawan kekuatan-kekuatan eksternal yang datang ke Irak dari Suriah dan tempat tempat lain," kata seorang pengunjuk rasa pada Press TV.

Beberapa pemimpin protes menyerahkan surat pada BBC tentang keprihatinan mereka dan menuntut BBC lebih bertanggung jawab dalam meliput kondisi Irak.

"Kami warga Inggris, kami membayar pajak. Kami membaca BBC dan mereka benar benar menyesatkan (dunia) dengan menyatakan bahwa terjadi perang Sunnni –Syiah. Ini bukan perang sektarian.... ini perang Muslim dan ekstrimis," kata Ali Hilli, seorang penyelenggara protes.


Source : http://islamtimes.org

ISIS Serang Samarra

ISIS (Press TV)


Pada hari Rabu (19/6/14), ISIS menembakkan roket dekat makam Imam Syiah di kota Samarra. Setidaknya, 14 warga, termasuk seorang wanita dan seorang anak, tewas dalam serangan itu.

Kelompok Takfiri Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) menyerang situs suci Muslim Syiah di kota Samarra, Press TV melaporkan.

Pada hari Rabu (19/06/14), ISIS menembakkan roket dekat makam Imam Syiah di kota Samarra. Setidaknya, 14 warga, termasuk seorang wanita dan seorang anak, tewas dalam serangan itu.

Di kota Samarra, 120 km dari utara Baghdad, terdapat dua makam suci Imam Syiah dan sebuah situs ziarah utama yang dikunjungi puluhan juta Muslim setiap tahun meski ketegangan meningkat di sana.

Sekitar 8 tahun lalu, al-Qaeda pernah menyerang tempat-tempat suci tersebut.

Pada 10 Juni lalu, ISIS menguasai Mosul (ibukota provinsi Nineveh) dan Tikrit (140 km dari Baghdad) dalam sebuah serangan kilat. Ratusan ribu rakyat Irak terpaksa mengungsi dari rumah mereka setelah serangan terjadi.


Source : http://islamtimes.org

Pesawat Tempur Israel Serang Gaza

Jet tempur F-15 Zionis Israel, menyerang Gaza, Palestina


Pejabat Gaza, Ashraf al-Qedra mengatakan sedikitnya satu warga Palestina terluka dalam serangan udara itu.

Pesawat tempur Israel kembali menyerang beberapa tempat di Jalur Gaza yang terkepung pada dini hari Kamis (18/06/14).

Pejabat Gaza, Ashraf al-Qedra mengatakan sedikitnya satu warga Palestina terluka dalam serangan udara itu.

Dalam beberapa hari terakhir, angkatan udara Israel melakukan beberapa serangan di Jalur Gaza karena mereka menemukan tiga pemukim Israel yang diduga hilang sejak beberapa hari lalu di Tepi Barat yang diduduki.

Gaza diblokade Israel sejak Juni 2007. Standar hidup di sana merosot, tingkat pengangguran meningkat dan kemiskinan seolah tak berakhir.


Source : http://islamtimes.org

6.19.2014

Obama Diminta Serang Takfiri ISIS di Irak?

"Yang terpenting, sekarang kita mengambil tindakan langsung melawan ISIS yang sedang berbaris menuju Baghdad dan mencegah mereka menguasai Baghdad," kata Ketua Komite Intelijen Senat Dianne Feinstein, Selasa (17/6/14).

Sejumlah pejabat tinggi Demokrat mendesak Presiden AS, Barack Obama untuk mempertimbangkan serangan militer terhadap militan al-Qaeda di Irak.

Permintaan itu muncul setelah militanNegara Islam Irak dan Sham (ISIS) mengambil alih beberapa kota utama Irak dan bersumpah menyerang Baghdad.

"Yang terpenting, sekarang kita mengambil tindakan langsung melawan ISIS yang sedang berbaris menuju Baghdad dan mencegah mereka menguasai Baghdad," kata Ketua Komite Intelijen Senat Dianne Feinstein, Selasa (17/6/14).

Dalam konferensi pers mingguan di Capitol, tokoh Demokrat, Steny Hoyer berkata bahwa Presiden Obama harus mempertimbangkan serangan rudal.

"Saya pikir kita harus mempertimbangkannya," kata Hoyer.

"Kita tidak ingin melihat situasi yang dibuat Taliban di Afghanistan, di mana Anda memiliki teroris yang berniat menyerang Amerika Serikat. Jadi, ini bukan hanya masalah stabilitas dalam negeri di Irak. Itu...pelatihan dan penyebaran serangan terhadap Amerika Serikat," tambahnya.

Dalam sebuah suratnya pada Kongres, Obama menulis bahwa dia mengerahkan hampir 300 tentara ke Irak demi "melindungi warga negara dan properti AS".

Sebuah jajak pendapat oleh Public Policy Polling (Polling Kebijakan Publik) yang dirilis hari Selasa (17/6) menunjukkan, 74 % warga Amerika tidak ingin AS mengirim pasukan ke Irak.

Obama akan memberi briefing di Kongres hari Rabu (18/6) tentang reaksi AS terhadap krisis Irak.[


Source : http://islamtimes.org

2 Juta Lebih Relawan Irak Siap Perangi ISIS

Rakyat Iraq, siap menghadapi teroris ISIL.jpg


Shahristani mengatakan, Baghdad tidak mampu lagi menampung lebih banyak relawan sambil menambahkan, "Tidak ada yang tahu kapan pertempuran ini akan berakhir, tapi kami akan menang."

Sekitar dua juta lebih warga Irak secara sukarela bergabung dengan tentara Irak untuk berperang melawan militan Negara Islam Irak dan Sham/Suriah (ISIS).

Wakil Perdana Menteri Irak untuk Energi, Hussain al-Shahristani menyatakannya di Baghdad, Selasa (17/06/14).

Shahristani mengatakan, Baghdad tidak mampu lagi menampung lebih banyak relawan sambil menambahkan, "Tidak ada yang tahu kapan pertempuran ini akan berakhir, tapi kami akan menang."

Sementara itu, PBB menyuarakan keprihatinannya akan kejahatan perang yang dilakukan militan. Sekjen PBB mendesak para pemimpin dari semua faksi Irak untuk "memastikan bahwa pengikut mereka tidak melakukan pembalasan."

"Saya berharap, dengan dukungan kuat dari negara-negara regional dan masyarakat internasional...kita biisa dapat membantu pemerintah Irak...untuk memulihkan perdamaian dan stabilitas di negara mereka," tambah Ban.


Source : http://islamtimes.org

Nasrallah: Hizbullah Cegah ISIS Masuk ke Libanon

Sayyid Hasan Nasrullah. Sek Jen Hizbullah Lebanon.jpg


 "Jika kita tidak campur tangan di Suriah pada waktu yang tepat dan dengan cara yang tepat ... ISIS sekarang sudah berada di Beirut," kata pemimpin Hizbullah.

Gerakan perlawanan Hizbullah Libanon berhasil mencegah teroris al-Qaeda masuk ke Libanon, kata Sekretaris Jenderal Sayyid Hassan Nasrallah.

Surat kabar Libanon al-Safir, Selasa (17/6/14) mengutip pernyataan Nasrallah itu.

"Jika kita tidak campur tangan di Suriah pada waktu yang tepat dan dengan cara yang tepat ... ISIS sekarang sudah berada di Beirut," kata pemimpin Hizbullah.

Suriah dicengkeram kekerasan maut selama tiga tahun lebih. Lebih dari 160.000 orang  tewas dan jutaan lainnya terpaksa mengungsi karena kekerasan yang melanda negara itu.

Tanggal 10 Juni lalu, militan ISIS menguasai Mosul dan Tikrit.

Nasrallah memuji seruan ulama Irak agar masyarakat mengangkat senjata dan membela negara mereka. "Tujuan (seruan) itu bukan untuk melindungi sekte tertentu, tetapi untuk melindungi semua dari Irak."

Ratusan ribu warga terpaksa mengungsi sejak ISIS mengambil alih Mosul.


Source : http://islamtimes.org

Komandan ISIS Asal Saudi Tewas di Tikrit

Takfiri ISIS bunuh warga sipil (Ilustrasi)


Pemimpin ISIS yang diidentifikasi bernama Abu al-Yamama Dosari itu berasal dari Saudi Arabia tewas pada Rabu, 18/06/14.

Tentara keamanan dan relawan Irak menewaskan salah satu pemimpin kunci elemen Takfiri Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) di Tikrit utara.

Pemimpin ISIS yang diidentifikasi bernama Abu al-Yamama Dosari itu berasal dari Saudi Arabia tewas pada Rabu, 18/06/14.

Tewasnya pemimpin ISIS itu diutarakan oleh Departemen Penanggulangan Terorisme dalam sebuah pernyataan dan menyebut bahwa Tentara Counter-Terorisme dan relawan menewaskan Abu al-Yamama Dosari asal Arab Saudi saat menyerang kilang minyak Beiji di Tikrit utara.

Sementara itu di Diyala, polisi Federal Irak menewaskan dua elemen Takfiri ISIS di timur laut dari kota Baquba, pusat provinsi Diyala.

Dalam sebuah pernyataan kepada wartawan sumber keamanan menyatakan, "Sebuah kekuatan Polisi Federal Irak menewaskan dua elemen dari Negara Islam di Irak dan Syam (ISIS) dalam operasi keamanan yang dilakukan di kota Muqdadiya (40 km) di utara-timur kota Baquba."


Source : http://islamtimes.org

Masalah Nuklir Iran Bisa Jadi Bumerang Barat

Catherine Ashton dan Mohammad Javad Zarif.jpg


"Barat harus lebih fokus pada kesepakatan yang mengakui Iran sebagai kekuatan independen, benar-benar berdaulat dan berhak maju di kawasannya sendiri," tulis mereka.

Tuntutan berlebihan pemerintah AS dan sekutunya pada Iran terkait program energi nuklirnya bisa menjadi menjadi bumerang bagi kepentingan Barat, tiga profesor universitas menulis untuk Press TV.

"Dalam pembicaraan nuklir, Amerika dan mitra Baratnya bersikeras memaksakan penghentiang pengayaan uranium Iran.... Ini tidak hanya akan gagal, tapi juga akan menjadi bumerang terhadap kepentingan Barat di berbagai bidang," Mohammad Marandi, Flynt Leverett dan Hillary Mann Leverett menulis dalam kolom untuk situs Press TV.

Mereka mengatakan, AS harus menangani masalah nuklir Iran dengan "cara yang benar-benar timbal balik."

"Barat harus lebih fokus pada kesepakatan yang mengakui Iran sebagai kekuatan independen, benar-benar berdaulat dan berhak maju di kawasannya sendiri," tulis mereka.

Mereka merekomendasikan pemerintah AS untuk mengambil pelajaran dari hubungan AS dengan Cina 40 tahun lalu. "Dalam kasus Cina, Washington setelah dua dekade akhirnya menyadari bahwa usaha mengisolasi, mencekik ekonomi dan merusak Republik Rakyat Cina itu bukan hanya gagal (tapi) malah menjadi bumerang."

Iran dan enam kekuatan dunia hari Selasa (17/6/14) memasuki hari kedua putaran terakhir perundingan nuklir atas program energi nuklir Tehran di ibukota Austria, Wina.



Source : http://islamtimes.org

Sejak 2012, AS Latih ISIS di Pangkalan Rahasia Yordania

Takfiri al-Qaeda


Para pejabat Yordania mengatakan, semua anggota ISIS yang menerima pelatihan AS untuk berperang di Suriah pertama-tama diselidiki keterkaitannya dengan kelompok-kelompok ekstremis seperti al-Qaeda.

Misteri kawanan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) sedikit demi sedikit mulai terkuak. Ternyata, gerombolan teroris berubah agama yang terkenal kejam dan biadab ini, kata jurnais WND, Aron Klein , "... telah dilatih pada 2012 oleh instruktur AS yang bekerja di sebuah pangkalan rahasia di Yordania, menurut informasi dari pejabat Yordania."

Para pejabat itu, lanjutnya, mengatakan, puluhan anggota ISIS dilatih saat itu sebagai bagian dari bantuan rahasia untuk para pemberontak yang menarget rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad di Suriah. Para pejabat itu juga mengaku, pelatihan tersebut tidak dimaksudkan untuk digunakan dalam kampanye terorisme di Irak seperti sekarang.

Para pejabat Yordania mengatakan, semua anggota ISIS yang menerima pelatihan AS untuk berperang di Suriah pertama-tama diselidiki keterkaitannya dengan kelompok-kelompok ekstremis seperti al-Qaeda.

Pada bulan Februari 2012, WND pertama kali melaporkan bahwa AS, Turki, dan Yordania sedang menjalankan pelatihan dasar bagi para pemberontak Suriah di kota Yordania, Safawi, di wilayah gurun utara negara itu. Laporan tersebut sejak itu telah dikuatkan berbagai akun media lainnya.

Maret 2014 lalu, mingguan Jerman, Der Spiegel, melaporkan warga Amerika melatih pemberontak Suriah di Yordania. Mengutip yang dikatakan peserta dan penyelenggara pelatihan itu, Der Spiegel melaporkan, tak jelas apakah warga Amerika itu bekerja untuk perusahaan swasta atau tergabung dalam Angkatan Darat AS. Namun, majalah itu mengatakan, beberapa insruktur mengenakan seragam militer. Pelatihan itu dilaporkan terfokus pada penggunaan senjata anti-tank.

Majalah Jerman melaporkan bahwa sekitar 200 orang menerima pelatihan selama tiga bulan sebelumnya di tengah rencana AS untuk melatih 1200 anggota Tentara Suriah Bebas di dua kamp, yaitu di selatan dan timur Yordania. Surat kabar Inggris, Guardian juga melaporkan Maret lalu bahwa insruktur AS membantu pemberontak Suriah di Yordania bersama instruktur asal Inggris dan Perancis.

Reuters melaporkan, juru bicara Departemen Pertahanan AS menolak berkomentar langsung ihwal laporan majalah Jerman itu. Kementerian luar negeri Perancis dan kementerian luar negeri dan pertahanan Inggris juga tidak mau berkomentar kepada Reuters.

Para pejabat Yordania berbicara kepada WND di tengah kekuatiran atas kekerasan sektarian di Irak yang diperkirakan akan meluas ke negara mereka sendiri serta Suriah.

Sebelumnya, ISIS memposting video di YouTube yang mengancam akan bergerak ke Yordania dan "sang pembantai" Raja Abdullah, yang mereka pandang sebagai musuh Islam.

WND melaporkan pekan lalu bahwa, menurut sumber-sumber rezim Yordania dan Suriah, Arab Saudi telah mempersenjatai ISIS dan warga Saudi merupakan kekuatan penggerak yang mendukung kelompok al-Qaeda paling ekstrim itu.

WND lebih lanjut melaporkan bahwa, menurut sumber Muslim Syiah dalam kontak dengan seorang pejabat tinggi di pemerintahan Perdana Menteri Irak Nouri al-Maliki, pemerintahan Obama telah menyadari selama dua bulan bahwa kawanan yang terinspirasi al-Qaeda itu, yang telah mencaplok dua kota di Irak dan kini mengancam Baghdad, juga melatih para terorisnya di Turki.

Sumber itu mengatakan pada WND bahwa setidaknya salah satu kamp pelatihan kelompok ISIS berada di sekitar Pangkalan Udara Incirlik dekat Adana, Turki, di mana personil dan peralatan AS berada.

Ia menyebut Obama "kaki tangan" dalam serangan yang mengancam pemerintah Maliki yang juga ikut didirikan AS sepanjang perang Irak itu.

Sumber tersebut mengatakan bahwa setelah mengikuti pelatihan di Turki, ribuan pejuang ISIS bertolak ke Irak melalui Suriah untuk menggabungkan upaya mendirikan kekhalifahan "Islam" (versi sesat Wahhabi) yang tunduk pada hukum kaku Wahhabi yang setali tiga uang dengan kawanan primitif Taliban di Afghanistan yang juga diciptakan AS dan Pakistan di era 80-an.


Source : http://islamtimes.org

6.18.2014

Vivanews, What Do You Want?

Vivanews corong Takfiri


“Saya takut ISIS, mereka mungkin membunuh saya dengan berbagai alasan: karena saya bekerja sebagai pegawai pemerintah, atau saat mereka melihat bahwa saya tidak pergi ke masjid dan berdoa seperti yang mereka kehendaki, atau bisa juga saya dibunuh karena jenggot saya tidak cukup panjang.”

Jutaan rakyat Irak berduyun-duyun bergabung menjadi relawan untuk membantu Tentara Irak memerangi ISIS. Ulama-ulama Sunni dan Syiah juga menyerukan kepada seluruh lapisan masyarakat Irak untuk mengangkat senjata. Wanita-wanita Irak pun tak ketinggalan berlatih menggunakan senjata – minimal untuk melindungi diri mereka sendiri. Namun anehnya, di tanah air, muncul berita janggal dari VivaNews: “ISIS Keras Terhadap Tentara, Lembut Terhadap Warga Irak.”

Menurut Viva, mengutip kesaksian warga, pasukan ISIS konon sangat rendah hati dan tidak meneror penduduk sipil. Hanya terlihat beberapa militan ISIS yang mengenakan penutup hitam, itu pun hanya di pos pemeriksaan. “Tidak, tidak, tidak. Sebaliknya, mereka menyambut baik masyarakat,” kata seorang wanita saat ditanya apakah ISIS menyakiti warga.

Benarkah demikian?

Human Right Watch (HRW), melaporkan pada 12 Juni 2014, bahwa pihaknya telah mendokumentasikan kejahatan yang dilakukan oleh ISIS, baik di Irak maupun Suriah. Kejahatannya antara lain: serangan dengan menggunakan mobil bom bunuh diri di wilayah sipil, melakukan eksekusi, penyiksaan dalam tahanan, diskriminasi terhadap perempuan, dan perusakan terhadap situs-situs keagamaan yang dihormati.

“Kemungkinan ISIS akan mengulangi kekejaman yang telah dilakukan [di Suriah] terhadap Irak, dan memaksakan aturan intoleran dan brutal… ” jelas Nadim Houry, wakil direktur Human Rights Watch di Timur Tengah.

Lalu, bagaimana tanggapan masyarakat Irak dengan hadirnya ISIS?

“Saya tidak merasakan aman sedikitpun,” kata seorang warga Mosul, kepada HRW.

“Saya takut ISIS, mereka mungkin membunuh saya dengan berbagai alasan: karena saya bekerja sebagai pegawai pemerintah, atau saat mereka melihat bahwa saya tidak pergi ke masjid dan berdoa seperti yang mereka kehendaki, atau bisa juga saya dibunuh karena jenggot saya tidak cukup panjang.”

Pada bulan Mei, sebelum ISIS benar-benar menguasai Mosul secara penuh, HRW telah mencatat banyak pelanggaran terhadap warga sipil oleh kelompok lokal di kota dan daerah sekitar selama enam bulan sebelumnya. Termasuk 10 eksekusi, dua kali penculikan, dan beberapa serangan terhadap wartawan.

Jika benar ISIS berlaku baik kepada rakyat Irak, lantas, buat apa mereka berbondong-bondong menjadi relawan untuk membantu Tentara Irak menumpas ISIS? Vivanews, what do you want? [IT/Liputan Islam]

Sumber Liputan Islam dengan judul asli; Membongkar Propaganda Vivanews atas Irak


Source : http://islamtimes.org

Dibiarkan Pemerintah, Pro ISIS Indonesia Makin Unjuk Gigi

ISIS Indonesia


"Mari kita berjuang di jalan Allah karena itu adalah tugas kita untuk melakukan jihad di jalan Allah ... terutama di sini di Syam [wilayah Suriah] ... dan karena, insya Allah, ke negara inilah keluarga kami akan berhijrah," kata salah seorang dalam bahasa Indonesia yang dibumbui dengan frase bahasa Arab.

Sebuah video yang dipoting di laman Youtube memperlihatkan beberapa lelaki mengenakan balaklava (penutup wajah) sedang menggenggam senapan Kalashnikov seraya melihat ke arah kamera, di suatu tempat di Suriah. "Mereka adalah mahasiswa, pengusaha, mantan tentara, dan bahkan remaja," ungkap jurnalis investigatif, Yenni Kwok dalam laporannya yang dimuat Time.

Mereka mendesak rekan-rekan senegaranya untuk bergabung dengan, Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), kawanan "jihadis" sangat ekstrim binaan Arab Saudi cs. "Tapi, mereka bukan warga Suriah, Uzbek, atau Chechnya; mereka warga Indonesia," tulis Kwok.

"Mari kita berjuang di jalan Allah karena itu adalah tugas kita untuk melakukan jihad di jalan Allah ... terutama di sini di Syam [wilayah Suriah] ... dan karena, insya Allah, ke negara inilah keluarga kami akan berhijrah," kata salah seorang dalam bahasa Indonesia yang dibumbui dengan frase bahasa Arab. "Saudara-saudaraku di Indonesia, jangan takut karena ketakutan adalah godaan setan."

"Jihadis lain, seorang mantan tentara Indonesia, menyerukan sesama aparat tentara dan polisi untuk bertobat dan meninggalkan pertahanan negara mereka dan 'berhala' ideologi negara, Pancasila," imbuh Kwok.

Video itu muncul sesaat sebelum ISIS merebut kota-kota Irak, Mosul dan Tikrit, pada 10 dan 11 Juni lalu. "Ini mencerminkan berkembangnya daya tarik kawanan ekstremis Wahhabi itu terhadap para jihadis Indonesia paling militan (negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, dan sudah lama berjuang mengatasi ancaman terorisme)," papar Kwok.

"Seperti di Suriah, gerakan jihadis Wahhabi juga terbelah di Indonesia," kata Sidney Jones, direktur Institute for Policy Analysis of Conflict yang berbasis di Jakarta kepada TIME. Beberapa jihadis Indonesia, termasuk banyak pemimpin senior Jemaah Islamiyah (JI, kelompok teroris di belakang pengeboman Bali tahun 2002 dan serangan teroris lainnya) setia pada aliansi di sekitar Front al-Nusra dan al-Qaeda, katanya, "sementara sebagian besar yang lebih militan, kelompok-kelompok non-JI, mendukung ISIS."

Menurut sebuah laporan terbaru, konflik Suriah telah memikat sekitar 12 ribu jihadis asing, sebagian besar dari negara-negara tetangga di Timur Tengah, dan selebihnya berasal dari Eropa, Australia, Amerika Serikat, dan negara-negara Asia Tenggara.

Pada bulan Januari, badan anti-terorisme di Indonesia memperkirakan sekitar 50 warga Indonesia ikut berperang di Suriah, meskipun tidak diketahui, berapa banyak dari mereka yang bergabung dengan ISIS. Sementara itu, seorang pejabat keamanan Malaysia mengatakan, lebih dari 20 warga Malaysia diketahui telah memasuki Suriah untuk ikut memberontak melawan pemerintah Bashar al-Assad.

Pada hari Sabtu (14/6), media Malaysia melaporkan bahwa Ahmad Tarmimi Maliki, yang mengebom markas militer Irak, mendapat "kehormatan yang meragukan karena menjadi pelaku bom bunuh diri pertama Malaysia yang terkait dengan" ISIS. Beberapa bulan sebelumnya, pada bulan November 2013, muncul laporan bahwa Riza Fardi, yang sempat mengenyam pendidikan di pesantren terkenal Ngruki, Jawa Tengah (pesantren yang juga pernah dihuni para pelaku bom Bali) menjadi jihadis Indonesia pertama yang setor nyawa di Suriah.

Sementara ancaman teroris di Asia Tenggara telah menyusut, berkat pemenjaraan dan kematian tokoh-tokoh jihadis seniornya, perang sipil di Suriah, dan sekarang di Irak, telah memunculkan momok kepulangan kawanan jihadis yang memiliki pengetahuan tentang terorisme dan pandangan militan (tidak seperti kawanan pendahulunya yang kembali dari perang Afghanistan pada 1980-an). "Para pejuang yang pulang itu mengalami indoktrinasi yang lebih mendalam, lebih banyak kontak internasional, dan mungkin komitmen yang lebih mendalam terhadap jihad global," kata Jones.

Menurut Kwok, perang Suriah tiga tahun telah memikat lebih banyak jihadis asing ketimbang perang Afghanistan. Salah satu alasan yang mungkin adalah nubuat yang populer di kalangan jihadis global, tentang pertempuran terakhir sebelum Hari Penghakiman. "Terdapat hadis, atau perkataan Nabi Muhammad, yang memprediksi perang apokaliptik, kebaikan versus kejahatan, dan menurut salah satu hadis, itu akan mulai di Suriah," kata Solahudin, pakar terorisme yang berbasis di Jakarta.

Indonesia memiliki pendekatan yang berbeda terhadap jihadisme dibandingkan negara tetangganya. "Meskipun serangan teroris dapat dihukum mati, namun mengumpulkan uang atau bergabung dengan kelompok jihadis asing bukanlah perkara ilegal," ungkap Kwok.

Sebaliknya, pada akhir April lalu, Malaysia menangkap 10 gerilyawan (delapan pria dan dua wanita) yang berencana bertolak ke Suriah untuk ikut ambil bagian dalam perang. Pada bulan Maret, Singapura mengatakan sedang menyelidiki kepergian warganya untuk bergabung dengan jihadis Suriah.

"Dikarenakan sikap yang lebih toleran di Indonesia, para pendukung ISIS di sana menjadi lebih terlihat dan secara terbuka meminta dana," ujar Kwok. Mereka, lanjutnya, mengadakan aksi pengumpulan dana dan sumpah setia terhadap ISIS pada bulan Februari lalu di universitas negara Islam di pinggiran Jakarta dan menggelar unjuk rasa di kawasan pusat bisnis ibukota pada bulan Maret.

Minggu pagi kemarin (15 Juni 2014), saat salah satu jalan utama di Solo, Jawa Tengah, dijadikan zona bebas mobil mingguan untuk berjalan-jalan keluarga, tiba-tiba militan Jamaah Ansharut Tauhid, sempalan JI, mengarak lencana ISIS, mengibarkan bendera ISIS dan mendatangkan malapetaka pada pertunjukan musik.

"Mereka juga cukup aktif di Twitter, Facebook, dan YouTube," imbuh Kwok. Iqbal Kholidi, yang melacak dan mengamati pendukung ISIS Indonesia di media sosial, memperliharkan foto mereka sedang berlatih dan mengusung bendera hitam di seluruh negeri (Jakarta, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, dan Poso, Sulawesi Tengah). Mereka menjadi lebih berani dalam beberapa bulan terakhir, kata Iqbal sebagaimana dikutip Time, yang mungkin "karena muncul kesan bahwa pemerintah hanya diam saja selama ini."


Source : http://islamtimes.org

Demokrat ke Obama: Serang Militan di Irak

Barack Obama, Presiden AS...


"Yang terpenting, sekarang kita mengambil tindakan langsung melawan ISIS yang sedang berbaris menuju Baghdad dan mencegah mereka menguasai Baghdad," kata Ketua Komite Intelijen Senat Dianne Feinstein, Selasa (17/6/14).

Sejumlah pejabat tinggi Demokrat mendesak Presiden AS, Barack Obama untuk mempertimbangkan serangan militer terhadap militan al-Qaeda di Irak.

Permintaan itu muncul setelah militanNegara Islam Irak dan Sham (ISIS) mengambil alih beberapa kota utama Irak dan bersumpah menyerang Baghdad.

"Yang terpenting, sekarang kita mengambil tindakan langsung melawan ISIS yang sedang berbaris menuju Baghdad dan mencegah mereka menguasai Baghdad," kata Ketua Komite Intelijen Senat Dianne Feinstein, Selasa (17/6/14).

Dalam konferensi pers mingguan di Capitol, tokoh Demokrat, Steny Hoyer berkata bahwa Presiden Obama harus mempertimbangkan serangan rudal.

"Saya pikir kita harus mempertimbangkannya," kata Hoyer.

"Kita tidak ingin melihat situasi yang dibuat Taliban di Afghanistan, di mana Anda memiliki teroris yang berniat menyerang Amerika Serikat. Jadi, ini bukan hanya masalah stabilitas dalam negeri di Irak. Itu...pelatihan dan penyebaran serangan terhadap Amerika Serikat," tambahnya.

Dalam sebuah suratnya pada Kongres, Obama menulis bahwa dia mengerahkan hampir 300 tentara ke Irak demi "melindungi warga negara dan properti AS".

Sebuah jajak pendapat oleh Public Policy Polling (Polling Kebijakan Publik) yang dirilis hari Selasa (17/6) menunjukkan, 74 % warga Amerika tidak ingin AS mengirim pasukan ke Irak.

Obama akan memberi briefing di Kongres hari Rabu (18/6) tentang reaksi AS terhadap krisis Irak.



Source : http://islamtimes.org

Dari Mana Takfiri ISIS Mendapatkan Dana? Saudi Punya Jawaban

Maha Raja Saudi Arabia


"Dia mengatakan kepada kami, 'Anda tidak menyadari apa yang telah Anda lakukan,'" kata seorang pejabat intelijen mengutip kurir yang mengatakan, dua hari sebelum kota terbesar kedua Irak, Mosul, jatuh ke tangan ISIS. "Lalu ia berkata: 'Mosul akan menjadi neraka pekan ini.'"

Saudi Arabia mulai aktif membiayai teroris sejak invasi AS di Irak tahun 2003, namun, sejak awal pemberontakan Takfiri di Suriah dimulai, Riyadh semakin mengintensifkan dukungannya berupa militer dan keuangan kepada organisasi Takfiri al-Qaeda, seperti ISIS.

Menurut laporan dari awdnews, pada Rabu, 18/06/14, secara khusus Negara Islam Irak dan Syam (ISIS),-yang saat ini menghancurkan Baghdad-, didanai langsung selama bertahun-tahun oleh raja-raja kaya Kuwait, Qatar, dan Arab Saudi, -tiga kawan setia AS yang memiliki agenda ganda dalam perang melawan teror.

Kelompok ekstremis yang mengancam keberadaan negara Irak dan menghancurkan Suriah itu dibangun dan tumbuh besar selama bertahun-tahun dengan bantuan dana tak terbatas dari sekutu Amerika di kawasan Teluk Persia.

Menurut informasi interogasi seorang utusan terpercaya dari Negara Islam Irak dan Syam (ISIS), saat ini kelompok teror tersebut secara mengejutkan mempunyai dana $152 miliar dalam bentuk uang tunai.

"Dia mengatakan kepada kami, 'Anda tidak menyadari apa yang telah Anda lakukan,'" kata seorang pejabat intelijen mengutip kurir yang mengatakan, dua hari sebelum kota terbesar kedua Irak, Mosul, jatuh ke tangan ISIS. "Lalu ia berkata: 'Mosul akan menjadi neraka pekan ini.'"

Sumber informasi itu juga menyebutkan termasuk nama-nama anggota dan komandan, kata-kata kode, inisial sumber di kementerian, nomor telepon, email dan akuntansi yang luar biasa bank perang yang kaya.

"Kami semua takjub, dan begitu pula orang Amerika," kata pejabat itu kepada wartawan. "Tak satu pun dari kami tahu sebagian besar informasi ini."

"Sebelum Mosul, jumlah kas dan aset mereka $ 875.000.000," tambah pejabat itu.

"Setelah itu, dengan uang yang mereka rampok dari bank termasuk nilai perlengkapan militer hasil jarahan mereka, bisa bertambah sekitar $ 900.000.0000 untuk itu."

Raja-raja kaya di Teluk Persia, termasuk Saudi Arabia, Qatar dan Kuwait selama ini mendanai dan menyokong keuangan bagi elemen-elemen Takfiri al-Qaeda untuk menghancurkan kawasan.



Source : http://islamtimes.org

Clinton: ISIS akan Rambah Turki dan Iran

Hillary Clinton


Mantan menteri luar negeri itu menambahkan bahwa "Amerika Serikat tidak akan mendukung Irak tanpa mengetahui apa yang Maliki akan lakukan dengan kejadian saat ini, dan mengetahui siapa yang mengendalikan tentara Irak".Mantan menteri luar negeri itu menambahkan bahwa "Amerika Serikat tidak akan mendukung Irak tanpa mengetahui apa yang Maliki akan lakukan dengan kejadian saat ini, dan mengetahui siapa yang mengendalikan tentara Irak".


Hillary Clinton, dalam sebuah pernyataan menuduh perdana menteri Irak, Nuri al-Maliki adalah masalah utama yang menimpa Irak dan krisis kemanusiaan di negara itu akan merambah ke Turki dan Iran.

Sebuah pengakuan terang-terangan yang menunjukkan bahwa pemerintah AS mendukung penuh elemen-elemen Takfiri di Irak dan berbagai kawasan.

Pernyataan tersebut dibuat oleh Hillary Clinton selama kunjungannya ke Toronto pada Rabu, 18/06/14, untuk mempublikasikan buku terbarunya "Difficult Choices", yang merupakan memori politik saat dia menjabat sebagai menteri luar negeri.

Mantan menteri luar negeri itu menambahkan bahwa "Amerika Serikat tidak akan mendukung Irak tanpa mengetahui apa yang Maliki akan lakukan dengan kejadian saat ini, dan mengetahui siapa yang mengendalikan tentara Irak", tandasnya menukil laporan AFP.

Hillary juga menunjukkan bahwa krisis kemanusiaan di Irak yang didalangi oleh Takfiri bengis Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) dapat merambah ke negara-negara kawasan terutama Turki dan Iran.



Source : http://islamtimes.org

Pejabat; ISIS Menderita Kekalahan di Tal Afar

Relawan Irak


 "Serangan balik dari pasukan keamanan dan relawan memaksa elemen-elemen ISIS menarik diri dari beberapa daerah di Tala'afar," tegasnya.

Pejabat lokal dari Komunitas Turkmen di Tal Afar menyatakan, geng Takfiri dari Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) menderita kekalahan dan banyak anggotanya tewas di kota tersebut.

Pernyataan itu diutarakan oleh seorang pejabat yang menolak untuk disebutkan namanya dan menyatakan, "Pasukan keamanan dan relawan Irak menyerang kamp-kamp ISIS dan menyebabkan korban besar di antara mereka", demikian menukil laporan reporter Iraqi News, Selasa, 17/06/14.

"Serangan balik dari pasukan keamanan dan relawan memaksa elemen-elemen ISIS menarik diri dari beberapa daerah di Tal Afar," tegasnya.

Tal Afar merupakan sebuah kota dan kabupaten di barat laut Irak di propinsi Nenawa, sekitar 50 km sebelah barat dari Mosul dan 200 km utara barat Kirkuk yang sebelumnya direbut oleh ISIS.

Selama sepekan ini, tentara Irak dan relawan dalam operasi militer berhasil menewaskan ratusan elemen-elemen Takfiri ISIS dalam serangan terpisah di seluruh negeri yang dimulai pada Sabtu, 14/06/14.


Source : http://islamtimes.org

Khamenei: Iran Tidak Akan Pernah Menyerah pada Barat

Ayatullah Sayyid Ali Khamenei, tidak akan tunduk pada hegemoni global.jpg


"Hari ini, kelompok Takfiri bekerja melawan Islam dan Syiah di daerah-daerah tertentu dan melakukan tindakan jahat. Tapi mereka ini bukan musuh utama. Musuh utama adalah pihak yang memprovokasi mereka dan menyediakan dana bagi mereka."

Pemimpin Tinggi Revolusi Islam, Ayatullah Sayyid Ali Khamenei mengatakan Republik Islam Iran tidak akan pernah menyerah pada Barat. Iran bahkan berhasil meraih kemajuan hari demi hari.

"Tantangan eksternal kita adalah onar pihak arogan. Mari kita bicara terus terang; kesulitan dipicu oleh Amerika Serikat," kata Ayatollah Khamenei dalam pidatonya di Makam Imam Khomein, selatan Teheran, Rabu (4/6/14) dalam peringatan wafatnya Imam Khomeini.

Meski sebagian analis Amerika yakin bahwa masalah yang dilempar untuk Iran tidak akan berhasil melawan Republik Islam, tapi AS masih terus membuat masalah. Karena itu, kata Ayatullah Khamanei, agenda mereka harus segera diidentifikasi.

Ayatullah Khamenei juga menambahkan, negara-negara Eropa telah membuat kesalahan strategis besar karena menjaga kepentingan AS, sementara Washington tidak menjaga  kepentingan mereka.

Ayatullah Khamenei juga menekankan pentingnya mengidentifikasi musuh-musuh sejati negara. "Hari ini, kelompok Takfiri bekerja melawan Islam dan Syiah di daerah-daerah tertentu dan melakukan tindakan jahat. Tapi mereka ini bukan musuh utama. Musuh utama adalah pihak yang memprovokasi mereka dan menyediakan dana bagi mereka."

Pemimpin menjelaskan, kelompok Takfiri adalah kelompok yang tidak bijaksana dan telah ditipu.

Ayatullah Khamenei juga memperingatkan, mereka yang menyerang Iran akan menghadapi perlawanan dari rakyat Iran.

Analis: Irak-Suriah-Hizbullah Harus Bersatu Lawan ISIS

Takfiri ISIS


"Jelas, ISIS ingin mengiris-iris Irak dan Syria dalam beberapa bagian untuk menciptakan negara Takfiri yang berdasarkan 'Tahun Nol Wahhabisme' dengan pola pikir [sesat dan picik] ala Salafi mendikte segalanya,"

Presiden Obama dan para pembesar lain di Perancis, Qatar, Arab Saudi, Turki, dan Inggris, harus bertanggung jawab atas destabilisasi kembali Irak seiring destabilisasi Libya dan Suriah. Demikian seru dua jurnalis investigatif, Murad Makhmudov dan Lee Jay Walker.

Menurut keduanya, gelombang kejut itu juga dapat dirasakan di Mesir, Libanon, Mali, Tunisia, dan bahkan kawasan lebih jauh. "Dalam hal ini, kekuatan Teluk dan negara-negara Barat yang menonjol, bersama Turki, telah melepaskan kekuatan yang suka memenggal kepala, membantai minoritas, melnacrakan serangan teroris sehari-hari, menghancurkan monumen budaya, serta sejumlah realitas barbar lainnya," ujar para jurnalis Modern Tokyo Times itu.

Mantan presiden AS, George W. Bush jr., mulai mendestabilisasi Irak berdasarkan laporan palsu dan sesat. Setelah akhirnya bertahun-tahun situasi terlihat stabil (kendati terorisme menjadi kenyataan di Irak), Obama pun membuka pintu lebar-lebar seraya mendukung kerusuhan dan kekacauan di Libya serta Suriah. "Kebodohan ini sekarang mengarah pada krisis besar di Irak, mengikuti kekacauan yang direncanakan di Libya dan Suriah," ujar keduanya.

Ironisnya, di balik provokasi "Israel" dan AS (dalam meningkatkan krisis di Suriah dan Irak), justru Hizbullah di Libanon membela Suriah. "Pada saat yang sama, warga Kristen di Suriah melarikan diri dan sedang dibantai teroris dan kelompok-kelompok sektarian bersenjata yang didukung kekuatan monarki Teluk dan Turki," kata keduanya.

Tentu saja, peran kotor AS, Perancis, dan Inggris dalam membantu aliran senjata militer, jihadis, dan propaganda massa juga memainkan bagian utama. "Karena itu, Hizbullah merupakan kekuatan stabilisasi yang bekerja[sama] dengan partai utama Kristen di Libanon di bawah Michel Aoun; fakta ini dengan sendirinya mencemooh 'Israel' dan AS karena tidak sesuai dengan mantra yang biasa ditujukan untuk Hizbullah," tegas Makhmudov dan Walker.

Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah, memperingatkan ancaman Takfiri dengan menyatakan, "Jika ia (kelompok Takfiri) menang di Suriah, dan Insya Allah tidak akan [menang], Suriah akan lebih buruk dari Afghanistan."

Nasrallah melanjutkan, "Jika kelompok-kelompok [teroris] bersenjata menang, akan ada masa depan bagi Gerakan Masa Depan di Libanon? Akankah ada kesempatan bagi pihak selainnya (Takfiri) di negara ini?"

Memang, serangan frontal terbaru berskala penuh Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) di Irak memiliki berbagai alasan. "Jelas, ISIS ingin mengiris-iris Irak dan Syria dalam beberapa bagian untuk menciptakan negara Takfiri yang berdasarkan 'Tahun Nol Wahhabisme' dengan pola pikir [sesat dan picik] ala Salafi mendikte segalanya," imbuh Makhmudov dan Walker.

Namun, tidak jelas apakah ISIS melakukan ini berkat kekuatannya atau dikarenakan secara bertahap, angkatan bersenjata Suriah dan berbagai sekutunya, termasuk Hizbullah, berhasil menghancurkan dan mengusir kawanan teroris binaan Arab Saudi cs itu keluar dari Suriah. "Yang terang, kekuatan utama di Irak harus mulai menimbang pakta militer gabungan dengan Suriah, atau setidaknya kerjasama lebih besar antara kedua angkatan bersenjata, untuk menghancurkan ISIS dengan serangan terkoordinasi," Makhmudov dan Walker menganjurkan.

AS pertama kali mendestabilisasi Irak di bawah rezim Bush junior dan kemudian bangsa ini ditusuk dari belakang oleh rezim Obama saat kondisi negeri seribu satu malam itu mulai pulih. "Karena itu, Irak harus bergerak mendekat ke pemerintah Suriah," ujar Makhmudov dan Walker.

Jika pemerintah Suriah sampai jatuh, maka tak hanya mosaik di negara itu akan runtuh, namun Irak dan Libanon juga akan merasakan dampak buruk pada tingkat yang lebih buruk lagi. "Hizbullah sepenuhnya memahami hal ini di Lebanon dan nahu membahu bersama pemerintah Suriah berdiri di garis depan dalam perang peradaban, di mana kawanan Takfiri, monarki petrodolar Teluk, dan kekuatan arogan Barat berusaha membumihanguskan Suriah," imbuh keduanya.

Di bawah para pemimpin utama NATO dan kerajaan Teluk sekarang, jelas bahwa afiliasi al-Qaeda dan kelompok-kelompok sektarian ekstremis lain tumbuh subur.

Dalam tatanan dunia baru sejak Obama menjabat, jelas bahwa al-Qaeda dan destabilisasi menyebar luas berdasarkan kekuatan petrodolar Teluk dan kebijakan kotor kekuatan Barat terkemuka. "Karena itu, berbagai kekuatan sektarian dan Takfiri tumbuh di seluruh Afrika Utara, Afrika Barat, Timur Tengah, dan di bagian lain dunia, mengikuti intrik jahat monarki Teluk dan Barat," tegas keduanya.

Sekarang ISIS, salah satu kawanan Takfiri ciptaan Arab Saudi dan AS, melancarkan serangan militer di Mosul dan di bagian lain Irak. Saat rezim Obama masih berkoar--koar soal membantu berbagai kawanan teroris di Suriah, Irak sedang terbakar dan Levant terancam. "Saat ini, satu-satunya anugrah yang dapat menyelamatkan hanyalah Hizbullah yang menolak tunduk pada tekanan internasional," ujar Makhmudov dan Walker dengan optimistis.

Sebagai bukti, di Suriah, angkatan bersenjata bangsa ini dan pasukan lainnya yang setia pada Presiden Bashar al-Assad berjuang bersama Hizbullah untuk melestarikan mosaik agama yang kaya di Levant. "Sudah saatnya pemerintah Irak bergabung dengan Suriah dan Hizbullah karena teman-teman AS memungkinkan kerajaan petrodolar Teluk dan kawanan jihadis internasional untuk menyebarkan kekacauan di seluruh Irak," imbau keduanya.

Nasrallah menyatakan (http://youtube.com/user/EretzZen) tentang Afghanistan, "Pertimbangkan pengalaman di Afghanistan. Faksi jihad rakyat Afghanistan melawan salah satu dari dua pasukan terkuat di dunia, pasukan Soviet, yang mengalami kekalahan di Afghanistan."

Namun, Nasrallah melanjutkan, "Karena tetdapat beberapa faksi di Afghanistan yang mengusung pola pikir Takfiri, eksklusif, pembantai, berdarah-darah, pembunuh ... faksi-faksi jihad rakyat Afghanistan memasuki konflik berdarah antara satu sama lain ... (kawanan jihadis Takfiri) itu kemudian menghancurkan lingkungan, kota, dan desa ... hal-hal seperti itu bahkan tidak dilakukan tentara Soviet ... Dan sekarang, di mana Afghanistan?"

"Sejak Soviet mundur sampai hari ini, katakan pada saya satu hari saja di Afghanistan yang tidak terjadi pembunuhan, luka (yang ditimbulkan darinya), migrasi, kehancuran, dan kesulitan hidup. Katakan pada saya, satu hari saja kedamaian dan kebahagiaan hidup di sana yang diciptakan (kawanan teroris berjubah Islam) itu...."

Terlepas dari kenyataan Afghanistan, rezim Obama siap menjual Mesir ke Ikhwanul Muslimin (yang ditentang sekutunya, Arab Saudi, dengan memainkan Jendral al-Sisi untuk menjegal maksud AS). "Di bawah pengawasannya, serta para elit saat ini di Perancis, Qatar, Arab Saudi, Turki, dan Inggris, kawanan yang berafiliasi dengan al-Qaeda dan berbagai kekuatan sektarian lainnya menyulut kerusuhan di banyak negara," ungkap keduanua.

Eropa juga kini mengekspor kawanan teroris Takfiri ke Timur Tengah dan bagian lain dunia dalam jumlah lebih besar. "Di tengah realitas brutal itulah, Hizbullah dan pemerintah Suriah fokus menjaga mosaik Levant yang kaya," aku Makhmudov dan Walker.

Namun, kawanan pemuja sektarianisme dan terorisme (yang secara terbuka didukung teman-teman Amerika di Qatar, Arab Saudi, dan Turki) sekarang fokus untuk mwnghancurkan Irak, sebagaimana mereka menghancurkan Libya. "Karena itu, Irak lagi-lagi harus merapatkan kembali dirinya pada pemerintah Suriah dan Hizbullah karena campur tangan monarki Teluk petrodolar dan Barat di Levant jelas-jelas merupakan akar dari perkembangbiakkan ISIS saat ini di seluruh kawasan."

SURAT DARI NAJAF - Rakyat Irak Bersatu Tak Bisa Dikalahkan

Relawan Irak siap basmi ISIS


Konsensus semua elemen masyarakat, baik yang Sunni maupun Syiah, Arab maupun Kurdi, untuk melawan teror adalah menjadi modal terpenting saat ini. Selama modal itu ada, maka momentum ini akan menciptakan kekuatan baru yang sangat dibutuhkan oleh Irak.

Gelombang pendaftaran relawan jihad melanda kota-kota Irak. Mayoritas rakyat yang selama ini diam menghadapi aksi-aksi teror akhirnya mendapat momentum untuk bangkit melawan. Seruan ulama Irak agar semua warga yang sehat jasmani ikut mengangkat senjata membela bangsa dan negara tampaknya langsung mendapat respons yang serius dan cepat.

Di mana-mana Anda dapat menyaksikan ratusan warga Irak dari berbagai kalangan dan latarbelakang mengantri mendaftarkan diri. Penduduk Karbala, Najaf, Baghdad dan kota-kota besar lain di wilayah selatan yang terpantau penulis berbondong-bondong merespons seruan jihad tersebut.

Gelombang pendaftaran ini seolah menjadi titik balik dari sekian tahun kebisuan dan kepasrahan. Aksi-aksi kekerasan kaum takfiri selama ini memang lebih sering ditanggapi dengan kepasrahan, kepasifan dan keputus-asaan oleh mayoritas rakyat. Dan ini karena "fatwa" para ulama, khususnya marji' terbesar Syiah, Ayatulah Ali Sistani, agar rakyat bersabar, tetap menjaga harmoni dan persaudaraan.

Nah, sekarang keadaan berbalik. Rakyat siap menghadapi tantangan takfiri dengan fatwa tegas untuk membela diri dan menjaga kedaulatan negara. Dan sekali lagi ini merupakan suatu titik balik. Jika momentum ini tetap bertahan, maka Irak akan menyaksikan kebangkitan rakyat menghadapi kelompok teroris.

Dua sampai tiga bulan mendatang mungkin akan menyaksikan eksalasi kekerasan. Tapi pada akhirnya hukum besi sosial akan tegak: rakyat bersatu tak bisa dikalahkan.

Konsensus semua elemen masyarakat, baik yang Sunni maupun Syiah, Arab maupun Kurdi, untuk melawan teror adalah menjadi modal terpenting saat ini. Selama modal itu ada, maka momentum ini akan menciptakan kekuatan baru yang sangat dibutuhkan oleh Irak. Dihantam kerusuhan dan kekerasan selama lebih dari 30 tahun, mulai dari 8 tahun perang dengan Iran hingga perang saudara setelah AS hengkang, konsensus yang terpaksa ini tetaplah suatu karunia yang terselubung. Jika elit politik Irak berhasil menggunakannya dengan bijak, maka harapan Irak yang baru boleh jadi tak lagi utopia – tapi di depan mata.

Munculnya konsensus di Irak bukan tak mungkin juga menandai awal dari konsensus serupa di tingkat regional, melibatkan Iran dan Turki, untuk sama-sama bergandeng tangan memukul DAISH (ISIS). Kesalahan fatal DAISH agaknya ialah di sini: memunculkan kesepakatan banyak kalangan untuk sama-sama melihat DAISH sebagai ancaman bagi semua. Dan faktanya, siapa sih yang diuntungkan oleh DAISH? Jika mau jujur, kelompok Sunni di Irak dan Suriah justru paling merugi akibat DAISH. Selain kerugian fisik seperti begitu banyak ulama Sunni yang dibunuh karena beda pilihan politik, kaum Sunni di kawasan juga mulai merasakan kerugian strategis berupa hilangnya peluang kepemimpinan regional yang membutuhkan pada solidaritas dan pembangunan konsensus.

Masalah konsensus ini yang tampaknya selama ini justru tidak ada di Indonesia yang kita cintai. Meski aman dan damai, tapi ketiadaan konsensus telah menghambat gerak laju bangsa kita sejak era reformasi beberapa tahun silam. Haruskah datang DAISH (ISIS) dan menguasai suatu provinsi terlebih dulu sampai kita menemukan suatu konsensus?

Wallahu a'lam. [Islam Times]