5.15.2014

Sunni Syiah

ALQURAN

Ketua Umum Organisasi Jam’iyyatul Qurra wal-Huffazh Nahdlatul Ulama (JQHNU), KH Muhaimin Zen mengatakan, kitab suci Al Qur’an yang menjadi pegangan umat Islam, baik dari kalangan Sunni maupun Syiah adalah sama.
“Alquran Sunni dan Syiah mulai dari huruf-hurufnya, jumlah ayat, dan suratnya tidak ada perbedaan sedikit pun,” kata Muhaimin dalam bedah buku yang dibuatnya dengan judul ‘Al-Quran 100% Asli, Sunni-Syiah Satu Kitab Suci’ di gedung PBNU Jakarta, Senin (29/7/2013).
Menurutnya, pembuatan bukunya tersebut bermula dari disertasi Pascasarjana Jurusan Tafsir Hadits di Universitas Islam Negeri Sayarif Hidayatullah Jakarta. Judul semula adalah Tahrif (Perubahan) Al-Quran dalam Pandangan Suni-Syi’ah.
Bukunya tersebut telah dikaji beberapa tokoh islam di Indonesia. Hingga akhirnya dirinya melakukan penelitian ke Negara Iran hingga tiga kali untuk membenarkan buku tersebut. “Kesimpulan saya adalah, bahwa kitab Alquran orang Suni dan Syi’ah itu sama,” tegasnya.
Muhaimin menceritakan, Alquran pada masa itu Nabi sudah dihafal oleh para sahabat. Para sahabat membacakananya di hadapan Rasulullah SAW dan dibacakan berkali-kali.
“Abdullah bin Masud, contohnya. ‘Barangsiapa yang bertolak belakang, artinya berbeda dengan Alquran yang sekatang, mereka menggunakan ashabul hadits. Itu adalah sesuatu yang tertolak kesahihannya,” tambahnya.
Seluruh ulama Syiah, kata dia, menolak tahrif atau pengubahan redaksi kitab suci. Alquran yang ada sekarang sama dengan zaman Nabi Muuhhamad SAW. “Ulama Syiah mengutuk sahabat yang berbeda dengan bacaan umum umat islam,” tuturnya.
Kodifikasi Alquran sudah terjadi sejak zaman Nabi Muhammad. Kodifikasi ada dua makna, pertama dalam bentuk hafalan sebagaimana urutan-urutan yang ada. Kedua kodifikasi atau pengumpulan dalam satu mushaf pada zaman Usman. “Rasm Utsmani itulah Alquran bagi kalangan Syiah,” lanjutnya.
Sementara itu, kata dia, Kiai Masdar Mas’udi berpendapat, persoalan penting agama adalah bahasa karena itulah agama disampaikan dalam bahasa. Dalam konteks Indonesia, kata dia, sebenarnya pesan-pesan yang inti yang mesti diyakini.
“Oleh sebab itu yang akan menyatukan langkah kita adalah
substansi pesan Alquran,” tegasnya.
Muhaimin menambahkan, dalam pandangan orang-orang pesantren, Aquran itu dirangkum dalam Al-Fatihah. Intinya adalah Bismillah, kemudian disaring dalam “ba”, dan terakhir dalam dalam titik “ba” itu. “Dan konon, titik dalam “ba” itu adalah tauhid.
(cns)
Baca juga di ahlulbaitindonesia.org dengan informasi yang lebih detil.

0 komentar: