Perselisihan dan perpecahan dalam sebuah kelompok akan mengakibatkan stagnansi, kegagalan, dan keterbelakangan. Masyarakat yang menginginkan perkembangan harus berupaya menghindari seluruh perselisihan dan perpecahan. Dalam masyarakat Islam, persatuan dan solidaritas, merupakan dua faktor keberhasilan. Sebaliknya, perselisihan dan perpecahan membuka peluang infiltrasi kekuatan musuh. Para penguasa Barat dalam upaya mereka menguasai dan merampas kekayaan negara-negara Islam, hingga kini menghadapi kendala utama yaitu, persatuan dan jiwa resisten umat Islam yang bersumber dari nilai-nilai suci religius. Barat dapat dengan mudah menggapai seluruh tujuannya hanya dengan menyulut perselisihan sepele dan menyibukkan umat Islam dengan perselisihan tersebut. Meski politik ini sudah sejak lama digulirkan Barat, namun kini mereka tampak lebih agresif dan serius menindaklanjutinya. Sebab itu, Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran, Ayatullah Al Udzma Sayyid Ali Khamenei, menyampaikan pesan soal bahaya propaganda musuh.
Perpecahan antara umat Islam sangat rentan terjadi di saat mereka jauh dari ajaran agama Islam. Sayang sekali hal itu sudah terjadi beberapa abad lalu dan akibatnya muncul perpecahan dalam dunia Islam. Namun dewasa ini, dunia menyaksikan kebangkitan dan tekad umat Islam untuk kembali ke ajaran Islam yang murni. Pada peringatan hari raya Ghadir Khum, Rahbar mengatakan, dewasa ini, kebangkitan muslimin dan gerakan untuk menggapai nilai-nilai suci Islam, memiliki warna dan semangat baru. Pihak musuh mengkhawatirkan hal tersebut dan berniat menghancurkannya. Rahbar mengimbau seluruh umat Islam tidak membiarkan gerakan ini padam karena propaganda musuh.
Al-Quran dalam surat Ali Imran ayat 103 disebutkan, “Dan berpegang teguhlah kalian pada tali Allah dan janganlah kalian bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian, dan ketika di antara kalian ada yang bermusuhan maka damaikanlah mereka dengan nikmat Allah”. Al-Quran sangat menjunjung tinggi persatuan dalam ketuhanan, Islam, dan maknawi, dan dapat merupakan identitas seluruh umat Islam. Rahbar dalam pesan haji beliau tahun ini menyatakan, kaum arogan mengetahui dengan baik bahwa mereka tidak akan dapat menguasai perekonomian dan politik dunia Islam jika kaum muslimin bersatu. Sebab itu, Barat akan menggulirkan segala macam cara dan untuk jangka waktu yang panjang dalam menyulut perpecahan antara umat Islam. Barat akan memanfaatkan seluruh kelengahan muslimin dan keteledoran para politisi muslim.
Rahbar berpendapat bahwa gencarnya upaya Barat dalam hal ini adalah dalam rangka menebus kekalahan mereka beberapa waktu terakhir. Beberapa tahun lalu, AS gencar mempropagandakan slogan pemberantasan terorisme. Atas dasar itu pula AS menyerang negara-negara Islam. Namun kini terbukti kekalahan kebijakan konfrontatif AS di Irak dan Afghanistan sementara rakyat Lebanon, Iran, dan Palestina terus menentang represi AS. Barat kini menggunakan senjata lamanya untuk melawan umat Islam yaitu dengan menyulut perpecahan dalam dunia Islam. Rahbar menilainya itu sebagai trik musuh terampuh yang telah mengakibatkan banyak kerugian pada masa lalu. Mereka akan mengeluarkan dana besar-besaran supaya umat Islam sibuk dengan perselisihan dan perpecahan. Sementara Barat dapat mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya dari disorientasi kaum muslimin.
Tak dipungkiri bahwa di dunia Islam terdapat perbedaan pendapat dan berbagai macam madzhab. Namun perlu ditekankan pula bahwa semua madzhab itu berada di bawah panji Islam dan memiliki kesamaan dalam banyak hal. Mereka semua mengakui keesaan Allah, kenabian, serta memiliki Alquran dan Qiblat yang sama. Masih banyak lagi kesamaan di antara seluruh madzhab Islam. Adapun perbedaan yang muncul sangat parsial. Sebab itu, setiap kelompok diharap menghindari fanatisme dan ekstrimisme mengingat keduanya tidak akan dapat menyatu dengan logika.
Ditujukan kepada seluruh umat Islam baik Ahlussunnah (Sunni) maupun Syiah, Rahbar mengatakan, dalam membela kepercayaan mereka harus menghindari permusuhan dan fanatisme. Karena pihak musuh tengah menanti kesempatan untuk menyulut perang saudara di dunia Islam. Rahbar kemudian menyebutkan kondisi di Irak seraya mengatakan, “Inilah yang diinginkan pihak musuh. Mereka mendanai kelompok-kelompok ekstrim untuk membantau warga tak berdosa”. Dinas Rahasia AS (CIA) dan Badan Intelejen Israel (Mossad) berada di belakang kelompok tersebut. Oleh karena itu, kembali menekankan pentingnya peningkatan kewaspadaan umat Islam dalam menghadapi propaganda musuh.
Propaganda Barat untuk menyulut konflik antara Syiah dan Sunni (Ahlussunnah) tidak hanya mengarah pada masyarakat saja melainkan hingga ke tingkat antar pemerintahan. Barat mengklaim bawa Iran sebagai negara bermayoritas penduduk Syiah bersama Suriah, dan Lebanon, atau yang mereka sebut dengan Bulan Sabit Syiah, merupakan ancaman bagi orang-orang Sunni. Rahbar menyebut propaganda itu sepenuhnya ditujukan terhadap Iran karena bangsa Iran adalah pemegang panji kebangkitan dunia Islam. Rahbar menilai upaya musuh untuk menciptakan rasa tak aman di negara-negara regional terhadap Iran, sebagai trik kolonialisme paling berbahaya. Menurut beliau, hal ini dapat diantisipasi dengan meningkatkan wawasan umat Islam.
Barat sangat memprioritaskan perpecahan antara kaum Sunni dan Syiah. Republik Islam Iran disebut sebagai Republik Islam Syiah yang akan berhadap-hadapan dengan komunitas besar masyarakat Sunni di kawasan. Melalui cara ini, Barat berusaha mencampur-adukkan fanatisme dengan ideologi dan hal ini sangat berbahaya. Meski demikian, hingga kini Iran terus mengharapkan persatuan Syiah dan Sunni. Terbukti bahwa Iran tidak pernah menjadi ancaman bagi negara-negara regional. Dalam hal ini Rahbar mengatakan, “Barat sudah menyaksikan bahwa selama dua puluh tahun lebih Iran tidak pernah mengancam atau menyerang negara-negara tetangga”,”Jika terjadi penyerangan, maka hal itu dilakukan oleh sebuah negara Arab, yaitu Irak. Rahbar juga menegaskan bahwa perkembangan Republik Islam Iran akan sangat menguntungkan negara-negara di kawasan. [IRIB]
0 komentar: