"Barat harus lebih fokus pada kesepakatan yang mengakui Iran sebagai kekuatan independen, benar-benar berdaulat dan berhak maju di kawasannya sendiri," tulis mereka.
Tuntutan berlebihan pemerintah AS dan sekutunya pada Iran terkait program energi nuklirnya bisa menjadi menjadi bumerang bagi kepentingan Barat, tiga profesor universitas menulis untuk Press TV.
"Dalam pembicaraan nuklir, Amerika dan mitra Baratnya bersikeras memaksakan penghentiang pengayaan uranium Iran.... Ini tidak hanya akan gagal, tapi juga akan menjadi bumerang terhadap kepentingan Barat di berbagai bidang," Mohammad Marandi, Flynt Leverett dan Hillary Mann Leverett menulis dalam kolom untuk situs Press TV.
Mereka mengatakan, AS harus menangani masalah nuklir Iran dengan "cara yang benar-benar timbal balik."
"Barat harus lebih fokus pada kesepakatan yang mengakui Iran sebagai kekuatan independen, benar-benar berdaulat dan berhak maju di kawasannya sendiri," tulis mereka.
Mereka merekomendasikan pemerintah AS untuk mengambil pelajaran dari hubungan AS dengan Cina 40 tahun lalu. "Dalam kasus Cina, Washington setelah dua dekade akhirnya menyadari bahwa usaha mengisolasi, mencekik ekonomi dan merusak Republik Rakyat Cina itu bukan hanya gagal (tapi) malah menjadi bumerang."
Iran dan enam kekuatan dunia hari Selasa (17/6/14) memasuki hari kedua putaran terakhir perundingan nuklir atas program energi nuklir Tehran di ibukota Austria, Wina.
Source : http://islamtimes.org
6.19.2014
Masalah Nuklir Iran Bisa Jadi Bumerang Barat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar: