This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 6 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

5.31.2014

Nasihat Rahbar Untuk Suami Istri, Saling Membantu




Membagi Pekerjaan

Ketika dua orang hidup berdampingan dan menjadi pasangan hidup, ada beberapa kewajiban yang sama di antara keduanya. Seperti menanggung urusan rumah tangga dan beragam kerjasama yang berperan penting dalam memajukan rumah tangga. Kedua-duanya harus bekerjasama. Semua ini menjadi tanggung jawab yang sama antara suami dan istri. Oleh karenanya harus ada pembagian kerja. Terkadang tidak melakukan pembagian kerja, tapi yang lebih baik adalah harus ada pembagian kerja. Sebagian pekerjaan dilakukan oleh istri dan sebagian yang lain dilakukan oleh suami. Seperti semua kerjasama yang ada. Seperti semua orang yang seperjuangan. (Khutbah Nikah 22/12/1378)

Dalam lingkungan rumah tangga, suami dan istri harus bekerjasama. Bila suami menemui kesulitan, maka istri harus mendampinginya. Bila istri menemui kesulitan dalam rumah atau di tempat kerja atau apa saja, maka suami harus membantunya. Masing-masing harus menganggap dirinya sebagai partner dalam kehidupan pasangan hidupnya. Keduanya harus melakukan hal ini karena Allah. (Khutbah Nikah 15/1/1378)

Suami dan Istri Harus Saling Memberikan Semangat

Bekerjasama dan membantu bukan berarti terjun langsung ke dalam pekerjaan pasangan hidup. Tidak. Akan tetapi masing-masing harus memberikan semangat . Para suami biasanya lebih banyak menghadapi masalah yang lebih rumit di tengah-tengah masyarakat. Para istri harus memberikan semangat kepada mereka. Bisa menghilangkan kelelahan mereka dari badannya. Bisa tersenyum saat menghadapi mereka dan menyenangkan hati mereka. Bila para istri juga memiliki pekerjaan di luar rumah, suami juga harus membantu dan menguatkannya. (Khutbah Nikah 15/1/1378)

Maksud dari kerjasama adalah kerjasama kejiwaan. Yakni istri harus memahami keperluan suaminya. Jangan sampai menekan jiwanya. Jangan sampai berbuat sesuatu yang menyebabkan suaminya putus asa - dan jangan sampai terjadi - sehingga menempuh jalan yang tidak benar. Istri harus memberikan semangat kepada suaminya agar tetap tegar dan bertahan dalam kancah kehidupan. Bila seandainya pekerjaan suaminya menyebabkan ia tidak begitu bisa mengurusi kondisi rumah tangga sepenuhnya, maka jangan sampai mengungkit-ungkitnya. Semua ini penting. Semua ini adalah kewajiban istri. Suami juga punya kewajiban. Suami harus memahami keperluan istri. Suami harus memahami perasaan istrinya. Jangan sampai suami tidak peduli akan kondisi istrinya. (Khutbah Nikah 10/2/1375)

Membantu Kesuksesan Pasangan

Bila suami tahu bahwa istrinya ingin melakukan kebaikan demi melaksanakan kewajiban islaminya, maka suami harus menyediakan peralatannya dan jangan sampai menghalang-halanginya. Sebagian istri ada yang misalnya ingin melanjutkan pendidikannya, ingin mempelajari pelajaran agama, ingin mengenal al-Quran, ingin melakukan pekerjaan yang baik dan ingin memiliki andil dalam urusan kebaikan. Terkadang para suami bersikap kasar dan mengatakan, "Kami tidak setuju dengan hal-hal seperti ini! Kami menikah untuk hidup!" Para suami tidak mengizinkan istrinya melangkah dalam urusan kebaikan. Sebaliknya sebagian suami ingin memberikan sedekah jariyah, ingin ikut andil di pelbagai urusan. Tapi istri menjadi penghalangnya. (Khutbah Nikah 5/8/1375)

Syarat Penting Aktivitas Sosial Ibu-Ibu

Sebagian orang bertanya kepada kami, "Apakah Anda setuju para istri bekerja?" Kami menjawab, "Tentu saja. Kami tidak setuju dengan pengangguran ibu-ibu. Istri harus bekerja. Tentunya pekerjaan ada dua macam: Satu, pekerjaan dalam rumah. Satu lagi pekerjaan di luar rumah. Kedua-duanya adalah pekerjaan. Bila seseorang memiliki potensi untuk bekerja di luar rumah, maka ia harus mengerjakannya dan ini sangat bagus. Hanya saja ada syaratnya,  yaitu pekerjaan ini (meski pekerjaan dalam rumah) jangan sampai mengganggu ikatan suami dan istri. Sebagian ibu-ibu bekerja dari pagi sampai malam, begitu suaminya datang ke rumah, istri tidak punya semangat lagi meski hanya berupa senyum kepada suaminya. Yang demikian ini juga jelek. Pekerjaan rumah harus dilakukan tapi jangan sampai pekerjaan rumah ini berakhir dengan kehancuran rumah tangga. (Khutbah Nikah 12/11/1372)

Bila istri ingin bekerja, tidak masalah. Islam juga tidak menghalanginya. Namun ini bukan kewajibannya. Ini tidak wajib dan tidak harus baginya. Yang menjadi kewajibannya adalah menjaga suasana kehidupan bagi seluruh anggota rumah tangga. (Khutbah Nikah 8/3/1381)

Saling Memberikan Semangat Berbuat Baik

Kalian harus saling menjaga pasangan hidup dalam segala situasi dan kondisi. Saling bantulah dan berusaha menjadi penolong bagi masing-masing. Khususnya di jalan Allah dan jalan melaksanakan kewajiban. Saat suami berada di jalan Allah, istri harus membantunya. Demikian juga saat istri berada di jalan Allah, suami harus membantunya. Setiap dari keduanya melakukan perjuangan, maka yang satu harus membantunya. (Khutbah Nikah 11/5/1374)

Bila suami berada di jalan keilmuan dan berusaha serta berjuang di instansi-instansi Republik Islam, maka istri harus membantunya sehingga suami bisa melakukan pekerjaannya dengan baik. Para suami harus memberikan kesempatan kepada istrinya untuk bisa masuk ke dalam kancah lomba spiritual ini. Bila para istri ingin mencari ilmu, maka mereka bisa. Bila para istri ingin masuk dalam aktivitas sosial, maka mereka bisa melakukannya. (Khutbah Nikah 5/1/1372)

Suami dan istri harus berusaha mengarahkan pasangan hidupnya berada di jalan Allah. Harus saling menjaga pasangan hidupnya tetap berada di jalan yang lurus. Mereka harus menjadikan Tawa Shaubilhaqqi Wa Tawaa Shaubisshabri (*Mengisyaratkan surat Ashr, ayat 3) yang merupakan ciri khas kemusliman dan ciri khas paling penting keimanan sebagai pegangan. (Khutbah Nikah 8/5/1374)

Keduanya harus saling membantu dalam menjalankan ajaran agama dan ketakwaan mereka. Yakni suami harus membantu istrinya untuk menjadi orang yang beragama dan bertakwa. Istri juga harus membantu suaminya untuk menjadi orang yang beragama dan menjaga kesuciannya serta bergerak dengan ketakwaan. (Khutbah Nikah 2/1/1378)

Maksud dari membantu bukan hanya mencuci piring dan sebagainya. Tentu saja hal ini juga merupakan bentuk bantuan. Tapi maksudnya adalah bantuan dalam bentuk memberi semangat. Bantuan spiritual dan pemikiran.  Keduanya harus menjadikan pasangan hidupnya tetap teguh di jalan Islam. Keduanya harus mengajak pasangan hidupnya untuk bertakwa, bersabar dan menjalankan ajaran agama. Mengajak untuk menjaga kemuliaan, qonaah dan hidup sederhana. Keduanya harus bekerjasama sehingga insyaallah bisa menjalani hidup dengan sebaik-baiknya. (Khutbah Nikah 13/12/1377)

Menemani Dalam Kesedihan, Bantuan Hakiki

Bantuan hakiki kepada pasangan hidup adalah suami dan istri harus saling menghilangkan kesedihan dari hati pasangan hidupnya. Setiap orang akan menemui kesulitan dalam kehidupannya, mengalami kesedihan, menemui kesulitan, menghadapi ketidakjelasanmdan mengalami keraguan, maka masing-masing dari suami dan istri harus memperhatikan pasangannya dan membantunya pada saat-saat seperti ini. Harus menghilangkan kesedihan dari hati pasangan hidupnya. Memperbaiki kesalahan pasangan hidupnya. Bila menyaksikan pasangan hidupnya sedang melakukan kesalahan, ia harus mencegahnya. (Khutbah Nikah 2/9/1378)

Manajemen Istri Benar-Benar Penting

Pentingnya tugas istri di dalam rumah tidak lebih rendah dari tugas di luar rumah dan repotnya juga tidak lebih sedikit dari tugas di luar rumah. Bahkan boleh jadi lebih repot dan lebih sulit dari tugas di luar rumah. Selain dia harus mengatur lingkungan rumah, ia perlu usaha dan kerja keras. Karena manajer di dalam rumah adalah istri. Yang memenej rumah adalah istri yakni orang yang benar-benar menguasai kondisi lingkungan rumah tangga. lingkungan rumah tangga ada di bawah pengawasan, pemikiran dan manajemennya. Sebuah pekerjaan yang sangat sulit. Sebuah pekerjaan yang halus dan anggun. Hanya keanggunan wanita yang bisa menanggung pekerjaan ini. Tidak ada seorang lelakipun yang bisa melakukan keanggunan ini. (Khutbah Nikah 6/6/1381)

Istri di dalam rumah bukan seorang pengangguran. Sebagian orang berkhayal bahwa istri di dalam rumah adalah pengangguran. Tidak! Istri di dalam rumah sedang mengerjakan paling banyaknya pekerjaan dan paling sulitnya pekerjaan serta paling halusnya pekerjaan. (Khutbah Nikah 18/12/1376)

Sebagian orang menganggap bahwa bila seorang istri,misalnya pekerjaannya adalah sebagai ibu rumah tangga berarti ini sebuah penghinaan terhadap istri. Tidak! Ini bukan sebuah penghinaan. Bahkan pekerjaan yang paling penting bagi seorang istri adalah menjaga kehidupan rumah tangga tetap tegak. (Khutbah Nikah 8/3/1381)

Mengasuh Anak, Seni yang Agung

Sebagian pekerjaan rumah sangat sulit. Mengasuh anak merupakan pekerjaan yang sangat sulit. Kalian bayangkan pekerjaan apapun yang paling sulit pada hakikatnya mudah dibanding mengasuh anak. Mengasuh anak adalah seni yang sangat agung. Para suami tidak akan bisa melakukannya meski hanya sehari. Para istri melakukan pekerjaan besar ini dengan detil, telaten dan halus. Allah Swt telah menetapkan kemampuan ini pada fitrah mereka. Mengasuh anak sebagai pekerjaan yang sulit ini mampu membuat seseorang menjadi tua dan benar-benar lelah. (Khutbah Nikah 22/8/1374)

Gabungan Pekerjaan dan Kehidupan

Para pemuda yang sedang sibuk bekerja di jalan Allah, jangan sampai menghentikan pekerjaannya karena menikah. (Khutbah Nikah 19/9/1371)

Kami selalu berpesan kepada para suami, ketika punya urusan dan kesibukan kerja, jangan sampai melupakan rumah dan kehidupan. Sebagian orang pagi-pagi sudah keluar rumah dan kembali lagi pada pukul 10 malam. Jangan!

Kami biasanya berpesan kepada mereka yang ada kemungkinan untuk bertemu keluarganya, ketika waktu zuhur tiba hendaknya pulang dan bertemu dengan istri dan anaknya.Makan siang di rumah. Satu jam berkumpul bersama keluarganya. Kemudian pergi lagi melakukan pekerjaannya. Pada waktu yang tepat, permulaan malam hendaknya kembali ke rumah menjenguk anak-anaknya. Lakukan pertemuan keluarga secara hakiki. (Khutbah Nikah 18/6/1376)

Istri Lebih Kuat Dari Suami!

Bila kalian melihat masyaallah, bapak-bapak ini kuat dan kekar, semua ini hanya lahiriahnya saja. Badan kuat, namun dari sisi pikiran, perasaan dan emosional, istri lebih kuat dari suami. Daya tahan istri lebih kuat, ia punya banyak cara. Demikianlah tabiat alami istri. Kebanyakan para istri, tentu saja sebagian wanita juga tidak demikian; maksudnya adalah ibu-ibu lebih mampu menguasai kondisi persahabatan yang dingin. Dengan sedikit mengalah, dengan sedikit berakhlak baik dan apa yang dimilikinya bisa menarik dan membawa suaminya pada posisi yang semestinya, sehingga insyaallah kehidupan mereka menjadi lebih indah. (Khutbah Nikah 24/1/1378)

Lihatlah Sayidah Zahra as!

Kalian telah mendengar tentang kondisi kehidupan Sayidah Zahra as, dari sisi pernikahan dan kehidupannya yang sangat sederhana serta penuh kezuhudan. Bagaimana kondisi ruangan dan alas duduknya dan kalian semua telah mendengarnya. Bekerja di dalam rumah. Usahanya yang keras dan kesabarannya di hadapan suami seperti Amirul Mukminin Ali as dimana Imam Ali selama hidupnya sibuk dengan aktivitasnya. Yakni, dalam setiap peperangan, Imam Ali as senantiasa berada paling depan dari yang lainnya. Dalam setiap urusan penting, Imam Ali as senantiasa berada paling depan. Sekitar selama sepuluh tahun mereka berdua hidup bersama. Perhatikan! Selama sepuluh tahun betapa suami muda ini mampu memenuhi kebutuhan istri dan anak-anaknya dari sisi kemanusiaan?! Bersabar dalam menghadapi kehidupan yang demikian ini. Bersabar dalam menghadapi kefakiran dan kesulitan. Melaksanakan jihad yang besar dan mendidik anak-anaknya serta pengorbanan besar yang dilakukan oleh Sayidah Zahra as. Dan kalian juga telah mendengar sebagian dari kehidupan mereka. Semuanya adalah teladan.

Sekarang, para istri harus menjadikan Sayidah Fathimah az-Zahra as sebagai teladan. Para suami juga harus menjadikan Sayidah Zahra dan Amirul Mukminin Ali as sebagai teladan. (Khutbah Nikah 24/9/1376)

5.30.2014

Manusia Berdoa, Tuhan Mengabulkan

doa


وَ إِذَا سَأَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَإِنِّيْ قَرِيْبٌ أُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَ لْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ
Dan bila hamba-hamba-Ku bertanya kepada engkau tentang aku, sesungguhnya Aku dekat. Kuperkenankan doa orang  yang berdoa bila ia berdoa, maka hendaklah mereka memperkenankan panggilan-Ku dan beriman kepada-Ku supaya mereka berjalan lurus”
(Q.S. Al-Baqarah: 186)
Ada tiga jenis keinginan yang mengajak untuk ditunaikan. Pertama, perintah, yaitu keinginan agar orang lain melakukan sesuatu untuknya dan harus dikerjakan. Perintah ini berasal dari atasan kepada bawahan, dari tuan kepada hamba. Kedua, nasehat, yaitu keinginan agar orang lain melakukan sesuatu, tetapi tidak ada paksaan di dalamnya. Ketiga, permohonan, yakni keinginan agar orang lain memenuhi kebutuhannya. Dalam permohonan, tidak ada paksaan dan keharusan, melainkan pengharapan. Permohonan ini datang dari budak kepada tuan, dari bawahan kepada atasan. Poin ketiga inilah yang disebut doa.
Doa timbul dari tabiat manusia yang di lubuk hatinya terdalam, senantiasa diliputi dengan rasa harap dan cemas. Dia berharap hidupnya sempurna, tetapi cemas jika ia tidak mampu mencapainya disebabkan kelemahan yang ada pada dirinya. Kedua kondisi ini, memacu kita untuk memohon pertolongan (dengan berdoa) dari wujud yang lebih mulia dan sempurna dari manusia.
Doa merupakan permohonan yang khusus ditujukan kepada Allah swt, ‘Hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.’ (Q.S. al-Fatihah : 5). Allah sebagai wujud Yang Maha Kasih, senantiasa mencurahkan rahmat dan karunia-Nya kepada segenap ciptaan-Nya. Namun, manusia terkadang dengan kesombongannya tidak pernah mengetuk pintu Allah yang rahmat-Nya meliputi segala sesuatu. Ketuklah pintu Allah swt terus menerus dengan doa, insya AllahTuhan akan berkenan membuka pintu-Nya, “Dan bila hamba-hamba-Ku bertanya kepada engkau tentang aku, sesungguhnya Aku dekat. Kuperkenankan doa orang  yang berdoa bila ia berdoa, maka hendaklah mereka memperkenankan panggilan-Ku dan beriman kepada-Ku supaya mereka berjalan lurus” (Q.S. Al-Baqarah: 186)
Banyak diantara kita tidak menyelami lautan makna doa, sehingga terkadang kebingungan sendiri saat menghadapi kenyataan, bahwa banyak dari doa kita yang tidak terkabul seperti keinginan kita. Apakah Allah swt mengingkari janji-Nya saat berfirman ”berdoalah, niscaya akan Ku kabulkan”? itu tidak mungkin, mustahil Allah sebagai Yang Maha Adil mengingkari janji-Nya. Akan tetapi, jika Allah swt merahasiakan terkabulnya doa, itu hal yang wajar sebagai Wujud yang tersembunyi dan penuh rahasia. Hanya saja kita dituntut untuk tetap berprasangka baik kepada-Nya.
Para ulama menyebutkan bahwa dalam proses pengabulan doa, Allah swt menggunakan tiga cara. Pertama, dikabulkan sesuai dengan permintaannya. Kedua,dikabulkan, tetapi menggantinya dengan sesuatu yang lain yang lebih bermanfaat bagi si pemohon. Ketiga, dikabulkan dengan ditangguhkan pada hari kemudian untuk di beri ganjaran.
Dengan mengetahui tata cara di atas kita tidak akan diliputi lagi kebingungan akan doa-doa yang kita panjatkan. Prasangka baik kepada Allah swt, bahwa doa-doa kita tidaklah sia-sia melainkan senantiasa mendapat perhatian-Nya, ”kalau hamba Ku bertanya kepada engkau tentang Aku, katakan Aku dekat. Aku memperkenankan doa orang yang berdoa…(Q.S. Al-baqarah: 186)
Dengan demikian, tanamkanlah ke dalam sanubari kita bahwa Allah senantiasa berkenan mengabulkan doa-doa kita.  Rendahkanlah diri kita dihadapan-Nya. Kuburkan kesombongan dengan doa, dan suburkan pula syukur dengan doa, Insya Allah kita termasuk hamba-Nya yang memperoleh syafaat di yaumil kebangkitan kelak.
Dengan demikian, hakikat doa adalah penghambaan yang dalam dengan penuh harap dan cemas kepada Allah swt. Doa bukanlah sekedar ungkapan lisan yang penuh kata-kata, melainkan rintihan suci dengan kehadiran seluruh anggota jasmani dan ruhani dalam muatan cinta ilahi. Untuk itu dalam berdoa perlu memperhatikan beberapa hal di bawah ini:
  1. Benar-benar ada keinginan dalam diri orang yang berdoa, dan apa yang diinginkannya itu benar-benar sebuah kebutuhannya.
  2. Keyakinan akan dikabulkannya doa dan yakin tidak tertutupnya rahmat Allah swt
  3. Tidak bertentangan dengan hukum penciptaan (hukum alam) dan hukum syariat
  4. Keselarasan seluruh urusan orang yang berdoa, baik kepribadian, mata pencaharian, hati yang bersih, dan lainnya.
  5. Yang menjadi bahan permintaan di dalam doa bukan merupakan akibat dari dosa-dosa. Jika merupakan akibat dosa, maka ia harus bertaubat dan menghilangkan sebab-sebab yang mengakibatkan keadaan tersebut
  6. Doa benar-benar perwujudan kebutuhan dan di barengi usaha yang maksimal.
Adapun diantara adab-adab yang mesti diperhatikan dalam berdoa adalah:
  1. Berdoa dengan hati yang khusu’
  2. Memperbanyak memuji Allah
  3. Memulai doa dan mengakhirinya dengan solawat. Karena doa yang tidak dibarengi salawat akan tertahan dan tidak akan sampai keharibaan Allah swt.
  4. Tidak berkeluh kesah dalam berdoa meskipun secara zahir belum dikabulkan
  5. Tidak meminta kepada selain Allah
  6. Ikhlas dan bersikap rendah diri (tadzarru’) dalam berdoa
  7. Tidak meremehkan doa apapun
  8. Mengangkat tangan ketika berdoa dan mengusap kepala dan wajah ataupun dada
  9. Selalu ingat kepada Allah dalam keadaan senang agar Allah mengingat kita dalam keadaan susah
  10. Mendahulukan doa untuk orang lain baru untuk dirinya sendiri
  11. Jika berdoa secara berjemaah maka hendaklah dilakukan dengan tertib
  12. Menyebutkan hajatnya
Demikanlah adab-adab berdoa, dan semoga Allah swt mengabulkan hajat-hajat kita semua. Amiin.

Komitmen Keadilan : “Jika Fatimah Mencuri, Aku akan Potong Tangannya”

الْأَقْرَبينَ

“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi Karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu…” (Q.S. an-Nisa : 135)
Menurut asalnya, kata adil berasal dari bahasa Arab al-adl yang berarti seimbang. Adapun menurut istilah, secara umum, keadilan didefenisikan dengan “meletakkan sesuatu pada tempatnya”, atau “memberikan hak kepada yang berhak”, i’tha kulli dzi haqqin haqqahu.
Keadilan bukanlah kesamaan, karena hal itu berlaku hanya pada orang-orang yang juga sama dalam kewajibannya. Sedangkan jika kondisinya tidak sama, maka kesamaan adalah ketidakadilan dan merusak kehidupan. Misalnya, jika semua adalah petani, maka tidak ada pula petani itu sendiri, sebab petani memerlukan cangkul, pupuk, racun, dan lainnya. Jika semua orang kaya, maka kekayaan itu sendiri tidak akan ada harganya, jika malam terus-menerus tanpa siang, maka malam tidaklah ada. Jadi berpasangan dan perbedaan merupakan hal penting di alam ciptaan.
Jadi, dalam keadilan, kata kuncinya adalah hak yaitu sesuatu yang didapat setelah adanya kegiatan (kewajiban), atau kepemilikan seseorang terhadap sesuatu. Begitu pula, keadilan bertentangan dengan kezaliman. Pelaksanaan hak adalah sebuah keadilan, dan pelanggaran hak adalah kezaliman. Karena itulah, keadilan bisa diartikan sebagai perbuatan yang tidak mengakibatkan kezaliman, tidak melanggar hak, tetapi perbuatan yang sesuai dengan kebaikan, kesempurnaan dan kemaslahatan manusia. Keadilan juga merupakan induk dari segala jenis kebaikan dan akhlak mulia (akhlak al-karimah) serta jalan menuju kedamaian. Orang yang adil adalah orang yang tidak melanggar hak-hak orang lain, tidak berlaku zalim, dan tidak menodai kehormatan yang akan mendatangkan kebencian dan permusuhan. Karenanya Islam memerintahkan seluruh manusia untuk berlaku adil, “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan…” (Q.S. an-Nahl : 90).
Masalah keadilan termasuk masalah penting yang menjadikan manusia tercerahkan dan penuh optimis dalam menghadapi hidup. Karena itu pemahaman yang benar dan proporsional atas keadilan ini merupakan agenda besar untuk menyingkap misteri tujuan dan hikmah penciptaan. Begitu pula, keadilan merupakan hal penting agar agama diamalkan oleh manusia. Sebab, keadilan menegaskan bahwa kebaikan dan keburukan menjadi ukuran perbuatan manusia. Secara fitriah manusia juga senantiasa mengejar keadilan dan menolak kezaliman. Secara sosial, keadilan berhubungan erat dengan teraturnya hubungan sosial kemasyarakatan. Bayangkan jika keadilan tidak ditegakkan dan kezaliman meraja lela? Karenanya, Alquran sangat memperhatikan tentang keadilan ini, “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi Karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu…” (Q.S. an-Nisa : 135)
Bahkan, keadilan dalam Islam, berhubungan erat dengan tauhid, misi kenabian dan hari akhir. Tuhan bersifat adil, karenanya menurunkan agama dan hukum yang adil yang menjadi tugas para Nabi, dan akan membalas manusia sesuai dengan hukum yang adil. Siapa melakukan keburukan akan di balas dengan azab, dan siapa mengamalkan kebaikan maka akan memperoleh ganjaran kebahagiaan. Allah berfirman : “(yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang Telah diusahakannya.  Dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihat (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna. Dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu).” ( Q.S. an-Najm/53 : 38-42)
Adapun bentuk keadilan yang utama dapat diklassifikasikan berikut :
  1. Keadilan Manusia terhadap Tuhan. Inilah bentuk keadilan yang paling cemerlang, konsep yang paling tinggi dan simbol kredibilitas keadilan. Seseorang dikatakan berlaku adil pada Tuhan, hanya dengan memenuhi kewajiban agama, tetapi juga menuntut kita mengakui berbagai kelemahan-kelemahan kita di hadapan-Nya.
  2. Keadilan Para Penguasa. Karena penguasa adalah pemimpin yang memelihara hak-dan kewajiban masyarakat. Dengan keadilan para penguasa, masyarakat akan tentram, damai, sejahtera, dan bahagia. Jika sebaliknya, maka kejahatan akan merajalela, penindasan di mana-mana, dan orang-orang miskin akan terlantar tanpa ada yang membantunya.
  3. Keadilan Sesama Manusia. Bentuk keadilan ini dapat dicapai dengan memenuhi hak-hak individual, bergaul dengan akhlak mulia, dan simpati kepada fakir miskin. Namun, Keadilan ini bukan hanya untuk yang hidup, tetapi juga untuk yang telah wafat.Yaitudengan bersimpati kepada keluarganya, menjalankan wasiatnya, membayar hutangnya, dan berdoa agar Allah mengampuni dosa-dosanya. Orang yang meninggal akan merasa bahagia jika ada orang memohonkan rahmat dan ampunan baginya, atau bersedekah atas namanya.
Ali bin Abi Thalib ra mewasiatkan komitmen keadilan dalam kehidupan, “Wahai puteraku! Buatlah dirimu sebagai neraca dalam pergaulanmu dengan orang-orang lain. Engkau sebaiknya menginginkan untuk orang-orang lain apa yang engkau inginkan untuk dirimu. Jangan menzalimi orang lain sebagaimana engkau tidak suka dizalimi. Berbuat baiklah kepada orang-orang lain sebagaimana engkau senang diperlakukan dengan baik. Perhatikanlah agar keburukan yang menimpa dirimu jangan sampai dirasakan oleh orang lain. Terimalah perlakuan baik orang-orang lain sebagaimana engkau ingin agar orang-orang  lain menerima perlakuan baikmu. Janganlah mengatakan sesuatu yang tidak engkau ketahui walaupun apa yang engkau ketahui sangat sedikit. Janganlah mengatakan (sesuatu) kepada orang-orang lain apa yang engkau tidak suka orang-orang lain mengatakan (sesuatu yang sama) kepadamu.”Itu wasiat Sayidina Ali ra kepada anaknya. Sekarang mari kita lihat komitmen Rasulullah saw dalam penegakan keadilan. Pada masa Rasulullah saaw, seorang wanita bangsawan dari Bani Makhzum melakukan pencurian. Rasul pun mengambil keputusan untuk menghukumnya. Keluarga si wanita yang merupakan bangsawan Quraysi, merasa hukuman itu akan merusak citra mereka. Karenanya mereka berusaha membatalkannya. Mereka meminta Usamah bin Zaid ra membicarakannya kepada Nabi saw. Usamah pun menyampaikan maksudnya. Nabi saw menjadi murka dan bersabda, “Apakah engkau ingin menjadi pembela agar tidak terlaksananya hukum Allah? Ketahuilah, penyebab kesengsaraan dan kebinasaan umat-umat terdahulu adalah ketika orang-orang kaya dan terpandang melakukan kesalahan, maka hukum Allah tidak diberlakukan kepada mereka. Tapi, jika yang berbuat salah itu orang miskin dan tidak terpandang, dengan cepat mereka menghukumnya. Demi Allah, seandainya anakku Fatimah mencuri, niscaya akan kupotong tangannya.”
Kisah ini menunjukkan kepada kita bagaimana komitmen Nabi saw, dalam menegakkan keadilan sesuai dengan perintah Allah swt, “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi Karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu…” (Q.S. an-Nisa : 135). Sekarang perhatikan para bangsawan Negara kita, apa yang mereka lakukan saat masalah melanda kerabat mereka, apakah mereka komitmen pada keadilan? Anda pasti tahu jawabanya.

Kehormatannya Lebih Mulia dari Ka’bah

ka'bah



Pada zaman Rasulullah saw, lewatlah seseorang di depan para sahabat sembari mengucapkan salam. Setelah orang itu pergi, salah seorang berkata, ’Aku membenci dia’. Mendengar itu, sahabat lain menceritakan hal itu pada pria tersebut. Kemudian, keduanya menghadap Rasulullah saw. Nabi saw bertanya, ’Mengapa engkau membencinya?’ Ia berkata, ’Ya Rasulullah, aku ini tetangganya. Aku tahu kelakuannya. Dia tidak salat kecuali salat wajib saja, yang dilakukan orang soleh maupun durhaka.’
Pria yang dibenci itu berkata, ’Ya Rasulullah, tanyalah dia, salahkah wudhuku atau apakah aku mengakhirkan salatku?’ Orang itu menjawab tidak,lalu berkata, ’Ya Rasulullah, dia tidak memberikan selain zakat, yang dilakukan oleh orang soleh maupun durhaka.’
Pria yang dibenci itu berkata, ’Ya Rasulullah, tanyalah dia, pernahkah aku menahan hak orang lain yang memintanya?’ Orang itu menjawab tidak, tetapi berkata lagi, ’Ya Rasulullah, dia tidak berpuasa kecuali pada bulan Ramadhan, ketika orang soleh dan durhaka sama-sama melakukannya.’
Pria yang dibenci itu berkata, ’Ya Rasulullah, tanyakan kepadanya, pernahkah aku berbuka satu hari saja bukan karena sakit atau musafir.’ Sekali lagi orang itu menjawab tidak. Kemudian Nabi saw berkata kepada si pembenci tadi, ’Sungguh aku tidak tahu, boleh jadi dia lebih baik dari kamu.’
Kisah di atas menceritakan seseorang yang telah masuk dalam jebakan prasangka. Prasangka (prejudice) adalah penilaian negatif terhadap suatu kelompok atau individu yang dilakukan sejak awal dan terus berlanjut walaupun faktanya tidak sesuai dengan penilaiannya tersebut. Gordon W. Allport dalam The Nature of Prejudice menyatakan bahwa prasangka merupakan pernyataan yang hanya didasarkan pada suka dan tidak suka, mendukung dan tidak mendukung, hingga pandangan yang emosional dan bersifat negatif terhadap individu atau kelompok tertentu. Karenanya, prasangka merupakan salah satu rintangan komunikasi atau hambatan bagi hubungan antar sesama karena orang yang berprasangka belum apa-apa sudah curiga kepada orang lain. Dalam prasangka, emosi memaksa kita untuk menarik kesimpulan atas dasar syakwasangka tanpa menggunakan pikiran dan pandangan secara objektif. Karena itulah, sekali dicekam prasangka, maka seseorang tidak akan dapat berpikir objektif dan segala apa yang dilihatnya akan dinilai secara negatif. Karenanya, salah satu ciri dari prasangka kata Zastrow adalah memandang kelompok lain dengan pandangan sinis (Outhwaite, Ensiklopedi Pemikiran Sosial Modern, 2008: 676-677).
Kita jatuh pada prasangka, jika kita mencurigai akidah, ibadah, dan perilaku orang lain. Karena kecurigaan dan prasangka buruk itu, membuat kita membenci orang yang berbuat baik, orang yang salat, yang puasa dan yang zakat, seperti kisah di atas. Prasangka itu di dahului oleh dugaan hati, menguat menjadi kebencian, selanjutnya muncul dalam kata-kata dan tindakan. Prasangka dalam akhlak Islam di sebut zhan,yang memiliki dua macam bentuk, yaitu husnuzahan (prasangka baik) dansu’uzhan (prasangka buruk). Jadi, berbeda dengan Allport dan Zastrow di atas, dalam Islam prasangka itu bisa saja baik, bukan hanya kebencian dan sisnisme semata.
Islam mengajarkan kepada manusia untuk berprasangka baik, dan melarang berprasangka buruk, karena prasangka baik membawa manusia untuk berpikir dan bersikap secara positif dan tidak tergesa-gesa menilai perbuatan orang lain, ”Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), Karena sebagian prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain...” (Q.S. al-Hujurat : 12)
Perhatikan, ayat di atas menyebutkan jalannya prasangka dan konsekuensinya. Awalnya adalah prasangka, kemudian berlanjut mencari-cari keburukan, dan kemudian menggunjingkannya. Pada tingkatan terakhir ini, prasangka di hati berubah menjadi ghibah di lidahbahkan mungkin fitnah. Sungguh ini dosa yang besar. Karenanya berhati-hatilah pada prasangka kita. Jangan sampai prasangka kepada seseorang atau kelompok orang menjadikan kita juru ghibah dan juru fitnah hanya karena kita mencurigai akidah, ibadah dan akhlak orang lain. Bebaskan diri dari su’uzhan dengan membangun husnuzhan. Sebab, perilakuhusnuzhan berarti mempertahankan kehormatan kaum muslimin, sedangkan su’uzhanbertujuan menghinakan kehormatan orang muslim, padahal kehormatan kaum muslim itu lebih besar dari ka’bah, kiblat umat Islam. Rasulullah saw bersabda,

”Sesungguhnya kehormatan orang Islam lebih besar di sisi Allah daripada kehormatan ka’bah. Hartanya dan darahnya, harus dihormati, dan tidak boleh berprasangka apapun kepadanya kecuali yang baik saja.”

Kita mengetahui bahwa ka’bah itu sangat terhormat karena kedudukannya sebagai kiblat, syiar tauhid, dan tempat mengagungkan Allah swt. Merendahkan kehormatan ka’bah, seperti pernah dilakukan tentara gajahnya Abrahah, akan mengundang kemurkaan Allah. Namun, bagi Rasulullah saw, kehormatan umat Islam jauh lebih besar. Maka jelaslah, meruntuhkan kehormatan orang muslim melalui prasangka buruk terhadap akidah, ibadah, dan akhlaknya, merupakan hal yang dibenci Allah. Ini berarti, menjaga kehormatan kaum muslimin, merupakan hal yang sangat disenangi Allah dan mendatangkan rahmat serta kerunia-Nya.Karenanya membela kehormatan kaum muslimin adalah kewajiban sebagaimna wajibnya membela ka’bah. Sekarang, perhatikan sekeliling kita, tetangga atau teman-teman kita, jika mereka berbeda dengan kita, identifikasilah prasangka anda terhadapnya. Dan berhati-hatilah, karena kehormatannya lebih mulia dari ka’bah.

300 Veteran “Mujahidin” Suriah Dikabarkan Berperang di Ukraina

mujahidin



Beirut, agamaku-islami.blogspot.com — Sekitar 300 “tentara bayaran Ukraina” yang bertempur bersama pasukan Ukraina melawan kelompok separatis Ukraina timur yang pro-Rusia, dikabarkan sebagai veteran “mujahidin” yang berperang di Suriah untuk menggulingkan Presiden Bashar al Assad.
Demikian laporan media Lebanon Daily Star, Kamis (29/5), dengan mengklaim mengutip laporan kantor berita Rusia ITAR-TASS. Laporan serupa diberikan oleh situs phantomreport.com.
Menurut laporan-laporan tersebut, informasi keberadaan veteran muhajidin Suriah itu diungkapkan oleh pejabat militer Rusia yang tidak disebutkan identitasnya. Para veteran perang Suriah itu dikabarkan bergabung dengan kelompok neo-Nazi Right Sector. Sebagian besar dari mereka berasal dari Ukraina barat dan pernah bertempur di wilayah Kaukasus Utara melawan Rusia.
“Di antara mereka adalah para penenbak jitu dan pasukan khusus yang terkenal kekejamannya,” kata sumber tersebut.
Namun belum ada konfirmasi resmi dari pihak-pihak terkait tentang laporan ini.

AS Akui Warganya Sebagai Pelaku Bom Bunuh Diri di Suriah

al amriki






Washington, agamaku-islami.blogspot.com — Pemerintah AS mengakui warganya menjadi pelaku pemboman bunuh diri di Suriah. Pernyatan tersebut disampaikan 2 pejabat AS yang tidak disebutkan namanya kepada media AS CNN, hari Kamis petang (29/5).
Keterangan tersebut disampaikan menyusul adanya klaim pemberontak Suriah bahwa seorang warga negara Amerika menjadi pelaku serangan pemboman bunuh diri yang terjadi hari Minggu (25/5).
Pelaku pembom bunuh diri itu disebut dengan julukan Abu Hurayra Al-Amriki, kelahiran Florida dan bersekolah di negara bagian tersebut. Namun pejabat tersebut tidak bersedia menyebutkan nama aslinya.
Menurut mereka, para penyidik AS kini tengah mewawancarai keluarga pelaku pembom bunuh diri itu untuk mendapatkan keterangan lebih lengkap.
Al-Amriki hanya sebagian dari beberapa warga negara Amerika yang bergabung dengan pemberontak Suriah. Pemerintah AS berusaha keras untuk terus memantau keberadaan mereka untuk mencegah penyebaran terorisme di negara mereka.
Sementara itu Abu Farouk al Shamy, jubir kelompok pemberontak yang menamakan diri batalyon Suqour al-Sham mengatakan kepada CNN bahwa serangan bom bunuh diri hari Minggu (25/5) dilakukan dengan koordinasi dengan kelompok al-Nusra Front, kelompok terafiliasi al Qaeda yang telah dinyatakan AS sebagai kelompok teroris.
Pemberontak Suriah bahkan telah memposting video serangan tersebut dengan judul “the American martyrdom from al-Nusra Front”, dengan menyebut pelaku pemboman sebagai Abu Hurayra Al-Amriki. Digambarkan dalam video tersebut, Abu Hurayra sebagai orang dengan jenggot lebat yang tersenyum sambil menggendong kucing.
Nama Abu Urayra sendiri diambil dari nama sahabat Nabi Muhammad yang paling banyak menjadi sumber hadits dalam kitab-kitab hadist Sunni, dan dikenal sebagai pribadi yang menyukai binatang kucing.
Menurut informasi dari postingan-postingan sosial media, dalam serangan tersebut pemberontak mengunakan 4 kendaraan penuh bahan peledak. Abu Hurayra meledakkan kendaraan terbesar yang berisi 17 ton bahan peledak.
“Ada diaspora yang muncul dari Suriah. Dan kami bertekad untuk tidak membiarkan apa yang terjadi di Suriah dengan serangan teroris semacam WTC 9/11,” kata Direktur FBI James Comey minggu lalu.

Raja’ dan Tamanni : Harapan vs Angan-Angan

raja2




Saat kita berdoa dan memohon ampun kepada Allah, apakah di dalam hati kita ada terbersit sebuah keinginan agar doa-doa kita dikabulkan dan dosa-dosa diampuni? Jika, kita merasakan hal itu, berarti kita sedang berharap kepada Allah swt. Kondisi yang penuh harapan inilah yang disebut dengan raja’.
Raja’ sebagai harapan terjadi pada saat seseorang merasa bahwa di masa depan ia memiliki kesempatan yang lebih besar untuk menjadi lebih baik dari saat ini. Jika, perkiraannya menunjukkan bahwa kemungkinan memperoleh tujuan itu terbuka lebar, maka di dalam hatinya akan muncul suatu perasaan senang dan gembira yang bercampur dengan keinginan untuk mencapai kesuksesan. Harapan (raja’) sangat bermanfaat bagi manusia untuk memotivasinya agar berusaha lebih keras untuk mencapai tujuannya menuju kebahagiaan dan kesempurnaan yang lebih tinggi, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan ramat Allah.” (Q.S. al-Baqarah : 218)
Harapan merupakan sumber optimisme terhadap ampunan dan maaf dari Sang Pencipta Yang Maha Agung dan Maha Mulia, dan juga menjadi sumber dari keyakinan adanya belas kasih Allah swt. Salah satu wasiat Lukman kepada anaknya adalah agar senantiasa takut kepada Allah, hingga bila engkau merasa jika engkau datang kepadanya dengan kebaikan manusia dan jin, Dia akan tetap menghukummu; dan berharaplah kepada Allah dengan harapan sedemikian rupa, sehingga engkau merasa jika engkau datang kepada-Nya dengan dosa-dosa manusia dan jin, Dia akan tetap mengasihimu.
Dengan demikian, harapan memberikan kepada kita suatu ketenangan diri untuk senantiasa mendapatkan kebaikan di tengah ketakutan yang melanda diri kita. Sebab, orang yang tidak memiliki harapan akan menjadi berputus asa dan merasa kehilangan. Karena itu, Allah menegaskan kepada kaum mukmin untuk tidak berputus asa dari rahmat Allah swt. Bahkan, Allah mengancam orang-orang yang berputus asa dari rahmat Allah swt akan dikategorikan sebagai kelompok orang kafir, “Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tidak ada yang berputus asa dari rahmat Allah kecuali orang yang kafir.” (Q.S. Yusuf/12 : 87)
Karena itu, berharaplah ampunan Allah meskipun engkau merasa bahwa dosamu setinggi langit sedalam lautan. Dalam Kanz al-Ummal diriwayatkan bahwa Al-Alla’ bin Zaid menceritakan, “Aku berkunjung ke kediaman Malik bin Dinar dan di sana ada Syahr bin Hausyab. Ketika keluar, aku mengataka kepada Syahr bin Hausyab, “Semoga Allah swt merahmatimu. Berilah aku sesuatu, agar Allah memberimu sesuatu.” Ia menjawab, “Bibiku Ummu Darda menyampaikan kepadaku, bahwa Abu Darda menyampaikan kepadanya hadis dari Nabi saw yang menceritaka bahwa Jibril as menyampaikan kepada Nabi saw, “Tuhanmu berfirman, ‘Wahai hamba-Ku, jika engkau menyembah-Ku, berharaplah perjumpaan dengan-Ku dengan tidak menyekutukan-Ku, maka Aku akan megampuni seluruh dosamu sekalipun engkau datang membawa dosa seluas bumi. Aku akan tetap mengampunimu, dan tidak perduli (dengan banyaknya dosamu).”
Namun, perlu juga diketahui, bahwa harapan bukan hanya sekedar keyakinan hati tanpa perbuatan. Raja’ bukanlah angan-angan kosong. Para ulama membedakan antara raja’ (harapan) dan tamanni (berangan-angan)dari sisi nilai dan efeknya.Tamanni dapat mengakibatkan orang menjadi malas dan tidak mau berusaha degan sungguh-sungguh, sedangkan raja’ adalah harapan yang disertai usaha dengan sungguh-sungguh. Kalau anda mengharapkan dapat pekerjaan dan rezeki yang baik tapi hanya tidur-tiduran saja di rumah, maka anda terkena tamanni. Tapi jika anda bekerja sesuai dengan kemampuan dan peluang yang ada, maka berharap menjadi kaya adalah raja’. Begitu pula anda berharap masuk surga, tetapi tetap melakukan dosa terus menerus dengan mengharap kasih sayang Tuhan, maka anda terkena virustamanni.
Dahulu ada budak yang memiliki seorang majikan yang baik dan beriman kepada Allah, akan tetapi majikannya itu orang yang lalai. Ketika malam hari, budak tersebut membangunkan majikannya untuk mengajak salat malam. Majikannya menjawab, “Saya masih ngantuk, biarkan saya tidur sesaat lagi, nanti saya akan bangun, karena sesungguhnya Allah Maha Penyayang.” Ketika masuk subuh, budak tersebut membangunkan majikannya kembali, tetapi dijawab, “biarkanlah saya tidur sebentar lagi, nanti saya bangun, karena sesungguhnya Allah Maha penyayang.” Waktu terus berjalan, dan sang budak kembali membangunkan majikannya, tetapi mendapat jawaban yang sama seperti sebelumnya, “sesungguhnya Allah Maha Penyayang”.
Setelah matahari meninggi, majikannya pun bangun. Ia memberi biji gandum kepada budaknya untuk ditabur di ladangnya. Budak itupun pergi ke ladang, tetapi tidak menabur biji gandum, melainkan biji kacang. Lalu ia pulang dan menyampaikan apa yang telah dilakukannya. Mendengar hal itu, majikannya pun marah. Budak tersebut mnejawab, “Sesungguhnya Allah Maha Penyayang! Saya melihat bahwa harga gandum sangat mahal sementara kacang lebih murah. Maka saya menanam kacang dengan harapan nanti akan tumbuh gandum.”
“Darimana kamu belajar hal itu”, tanya majikannya. Budak itu menjawab, “saya belajar dari Tuan!.” “Kok bisa begitu?”, tanya Tuannya heran. “Karena tuan tidur dan tidak bangun untuk salat, tetapi mengharapkan masuk surga dengan alasan Allah Maha Penyayang” Jawab budaknya.
Jadi, harapan yang benar di sisi Allah swt, adalah harapan yang diiringi dengan usaha untuk mencapainya. Imam Ja’far Shadiq berkata, “Ada satu kelompok manusia yang melakukan dosa, lalu berkata, ‘Kami penuh harapan akan rahmat Tuhan’, merekapun memegang keyakinan ini sampai kematian mereka dan mereka tidak bertobat.” Lalu dikatakan, “Mereka adalah para pendusta; mereka tidak berpengharapan kepada Tuhan dan mereka tidak takut kepada hukum-Nya; sebab jika seseorang mengharapkan sesuatu, dia mencarinya, dan jika orang takut sesuatu, dia lari menjauhinya.”

Ketika Ayatullah Sholat Di Belakang Ulama Sunni Indonesia

a'rafi3







Pada tanggal 13-17 Mei 2014 lalu, seorang ulama terkenal Iran, Ayatullah Ali Reza A’rafi berkunjung ke Indonesia. Di antara acara yang dihadiri Ayatullah A’rafi adalah Seminar Internasional bertema “Islamisasi Sains” (beliau menjadi salah satu narasumber), pertemuan dengan ulama Ahlus-sunnah Indonesia, sholat Jumat dan ceramah di masjid Istiqlal, dan berkunjung ke Pesantren Ash-Shiddiqiyah Jakarta.
Terlihat pemandangan menarik saat Ayatullah A’rafi berada di masjid Istiqlal. Beliau duduk terpisah hanya empat orang dari salah satu Capres Indonesia, Prabowo Subianto, dan di sebelah Prabowo terlihat Menteri Agama, Suryadharma Ali (SDA). Usai sholat, Prabowo, SDA, dan Ayatullah A’rafi terlihat berjabat tangan dan berbincang-bincang informal selama beberapa menit. Kemudian, Ayatullah A’rafi pun menyampaikan ceramahnya.
Ayatullah A'rafi ceramah di Istiqlal
Ayatullah A’rafi ceramah di Istiqlal
Di antara yang disampaikan oleh Ayatullah A’rafi adalah rasa senangnya karena dapat berkunjung kembali ke Indonesia untuk kedua kalinya. Dalam bahasa Arab, Ayatullah A’rafi memuji bangsa Indonesia sebagai negeri mayoritas muslim yang memiliki kecenderungan kuat untuk menjalankan kehidupan relijius, bersikap rasional, dan moderat. Beliau mendoakan agar bangsa Indonesia semakin maju.
Beliau menekankan tentang pentingnya persatuan kaum muslimin.
“Satu-satunya pihak yang diuntungkan oleh perpecahan umat adalah kekuatan arogan dunia,” tegas Ayatullah A’rafi.
Ayatullah A'rafi Dikerubuti Massa
Ayatullah A’rafi Dikerubuti Massa
Ayatullah A’rafi juga menyatakan bahwa semua mazhab dalam Islam mendapatkan tempat yang mulia dan terhormat di sisi madzhab Syiah (mazhab yang menjadi landasan hukum Republik Islam Iran). Dan Iran selama ini selalu bersahabat dengan seluruh kaum Muslimin dunia.
“Dukungan Republik Islam Iran kepada Palestina selama tiga puluh tahun terakhir ini adalah bukti yg tak terbantahkan dari hal ini,” ujar Ayatullah A’rafi.
Usai ceramah, para jamaah masjid mengerubuti Ayatulla A’rafi, untuk berjabat tangan, atau memotret.
Sementara itu, dalam pertemuan dengan Ulama Ahlus-Sunnah yang digelar Jumat malam (16/5) di Hotel Kristal, Jakarta, Ayatullah A’rafi menjelaskan sistem pendidikan tinggi di Iran. Yaitu, hauzah (pesantren) dan universitas. Dalam pertemuan yang dihadiri perwakilan dari Muhammadiyah, NU, MUI, dosen UIN, dan para kiai ini, beliau juga menjelaskan berbagai pencapaian Iran di bidang ilmu pengetahuan, baik sains maupun ilmu-ilmu keislaman.
Ayatullah A'rafi dan KH Noer Iskandar SQ
Ayatullah A’rafi dan KH Noer Iskandar SQ
Lebih lanjut, Ayatullah A’rafi berpesan agar para ulama dan ilmuwan Muslim Indonesia berupaya dengan gigih dalam meletakkan dasar-dasar bagi tegaknya bangunan peradaban Islam yang baru.
“Caranya adalah dengan memperkenalkan konsep-konsep yang ada di dalam ajaran Islam sebagai solusi untuk menjawab kebutuhan manusia modern,” kata Ayatullah A’rafi.
Selain itu, beliau juga berpesan agar kaum Muslimin menjauhi perpecahan; mewaspadai adanya gerakan dari kelompok garis keras yang mentargetkan perpecahan di antara sesama ummat Islam.
Sholat berjamaah di Ponpes Ash-Shidiqiyah
Sholat berjamaah di Ponpes Ash-Shidiqiyah
Dalam rangkaian kunjungannya ke Indonesia ini, Ayatullah A’rafi juga menziarahi KH Noer Muhammad Iskandar SQ, pendiri Pesantren Ash-Shidiqiyah yang tengah dirawat di rumah sakit. Ayatullah A’rafi juga berkunjung ke pesantren tersebut, menyampaikan ceramah, dan sholat berjamaah bersama para santri.

Dengan Nama Allah, Api Terasa Dingin

     Namrudz dan putrinya Ra'dhah duduk menyaksikan pelemparan Nabi Ibrahim as ke dalam api. Putri Namrudz berdiri di suatu tempat tinggi menyaksikan Nabi Ibrahim berada dalam api, tetapi tidak terbakar.
    "Wahai Ibrahim, mengapa api tidak membakar tubuhmu?" tanya Ra'dhah penuh rasa heran.

     "Barangsiapa yang lisannya mengucapkan Bismillah ar-Rahman ar-Rahim dan hatinya mengenal Allah, ia tidak akan terbakar api," jawab bapak para Nabi itu.
      "Aku ingin bersamamu."
       "Katakanlah bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Ibrahim kekasih (al-khalil) Allah.
Lalu masuklah ke dalam api."
        Ra'dhah melangkahkan kaki ke dalam api dan menyatakan keimanannya.
Kemudian, ia keluar dari kobaran api dengan selamat.

         Namrudz teramat heran menyaksikan peristiwa ini. Namrudz khawatir akan posisi dan kekuasaannya karena keislaman Ra'dhah. Ia menasehati putrinya agar meninggalkan agama Nabi Ibrahim as. akan tetapi, putrinya bersikeras menolak.
Namrudz gusar dan memerintahkan para pengawal menyalib Ra'dhah di bawah terik sinar matahari.

        Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang berfirman kepada Jibril, "Bebaskanlah hamba-Ku."

        Jibril menyelamatkan Ra'dhah dari kematian dan mengantarkannya ke hadapan Nabi Ibrahim as.

        Ra'dhah menjadi pengikut setia dalam menghadapi berbagai kesulitan. Nabi Ibrahim menikahkannya dengan seorang putra beliau. Allah Swt mengaruniakan beberapa orang putra darinya dan semuanya menjadi Nabi.

Keistimewaan Bismlah ar-Rahman ar-Rahim

Bismillah adalah segalanya karena begitu istimewanya kalimat ini. Inilah delapan keistimewaannya :

1.Bismillah lambang tauhid, sedangkan nama - nama selain Allah lambang kekafiran.

2. Bismillah lambang kekekalan dan apa saja yang tidak memiliki warna ketuhanan lambang kebinasaan.

3. Bismillah lambang kerinduan kepada Allah Swt serta berserah diri kepada-Nya.

4. Bismillah lambang keluar dari kesombongan dan menyatakan kelemahan di hadapan Allah Swt.

5. Bismillah langkah pertama dari penghambaan dan peribadahan.

6. Bismillah lambang pengusiran setan.
    Barangsiapa senantiasa bersama Allah,setan tidak akan pernah mampu mempengaruhinya.

7. Bismillah hal yang menyucikan pekerjaan dan jaminan atas pekerjaan.

8. Bismillah suatu pengakuan tidak pernah melupakan Allah seorang hamba.


       Barang-barang pabrik dan perusahaan memiliki cap dan tanda sendiri. Misalnya, sebuah pabrik keramik akan memberikan tanda pada semua gelas dan piring baik besar maupun kecil. Sebuah bendera akan dikibarkan di suatu negara, di atas kapal dan perahu kebangsaan negara tadi, atau bisa juga diletakkan di atas meja kantor. Tanda dan lambang ini berguna sebagai petunjuk bagi manusia.
      Mengingat nama Allah tanda seorang Muslim. Rasulullah Saw bersabda, "Tatkala seorang guru mengajarkan Bismillah ar-Rahman ar-Rahim kepada murid, Allah mencatat dalam buku catatan amal milik anak, ayah, ibu, dan guru keselamatan dari api neraka."

5.27.2014

INILAH DIANTARA LELAH YANG PENUH BERKAH ALLAH

Inilah Diantara Lelah Yang Penuh Berkah Allah.

Menuntut Ilmu


  [Surat Ali-Imran Ayat 7]

هُوَ الَّذِي أَنزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُّحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ ۖ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ ۗ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ ۗ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِّنْ عِندِ رَبِّنَا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ 

Dialah yang telah menurunkan al-Qur'ân kepadamu. Di antara hikmah-Nya, sebagian ayat al-Qur'ân muhkamât: jelas arti dan maksudnya, dan yang lain mutasyâbihât: sulit ditangkap maknanya oleh kebanyakan orang, samar bagi orang-orang yang belum mendalam ilmunya. Ayat-ayat mutasyâbihât itu diturunkan untuk memotivasi para ulama agar giat melakukan studi, menalar, berpikir, teliti dalam berijtihad dan menangkap pesan-pesan agama. Orang-orang yang hatinya condong kepada kesesatan, mengikuti ayat-ayat mutasyâbihât untuk menebar fitnah dan untuk menakwilkan sesuka hati mereka. Takwil yang benar dari ayat-ayat tersebut tak dapat diketahui kecuali oleh Allah dan orang-orang yang mendalam ilmunya. Mereka berkata, "Kami meyakini itu datangnya dari Allah. Kami tidak membedakan keyakinan kepada al-Qur'ân antara yang muhkam dan yang mutasyâbih." Tidak ada yang mengerti itu semua kecuali orang-orang yang memiliki akal sehat yang tidak mengikuti keinginan hawa nafsu.

Mencari rizki yg halal bahkan bernilai JIHAD ditengah banyak yg haram (QS 62:10)

فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِن فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ 

Apabila kalian telah melakukan salat, maka bertebaranlah untuk berbagai kepentingan. Carilah karunia Allah dan berzikirlah kepada-Nya banyak-banyak, dalam hati maupun dan dengan ucapan. Mudah-mudahan kalian memperoleh keberuntungan dunia dan akhirat. 

Mengandung, melahirkan, merawat anak anak & keluarga (QS 31:14) 

 وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ 
Dan telah Kami perintahkan kepada manusia untuk berbakti kepada orangtuanya, dengan menjadikan ibunya lebih dihormati. Karena ia telah mengandungnya sehingga menjadi semakin bertambah lemah. Lalu kandungan itu sedikit demi sedikit membesar. Ibu kemudian menyapihnya dalam dua tahun. Dan telah Kami wasiatkan kepadanya, "Bersyukurlah kepada Allah dan kedua orangtuamu. Kepada-Nyalah tempat kembali untuk perhitungan dan pembalasan. 


Mengasuh anak yatim (QS 4:6)

 وَابْتَلُوا الْيَتَامَىٰ حَتَّىٰ إِذَا بَلَغُوا النِّكَاحَ فَإِنْ آنَسْتُم مِّنْهُمْ رُشْدًا فَادْفَعُوا إِلَيْهِمْ أَمْوَالَهُمْ ۖ وَلَا تَأْكُلُوهَا إِسْرَافًا وَبِدَارًا أَن يَكْبَرُوا ۚ وَمَن كَانَ غَنِيًّا فَلْيَسْتَعْفِفْ ۖ وَمَن كَانَ فَقِيرًا فَلْيَأْكُلْ بِالْمَعْرُوفِ ۚ فَإِذَا دَفَعْتُمْ إِلَيْهِمْ أَمْوَالَهُمْ فَأَشْهِدُوا عَلَيْهِمْ ۚ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ حَسِيبًا 
Ujilah kemampuan berpikir anak-anak yatim tersebut, selidikilah keadaannya dan kemampuannya menggunakan harta sebelum menginjak dewasa. Jika mereka telah memenuhi kelayakan untuk menikah, dan menurut pendapat kalian mereka telah pandai memelihara harta, maka serahkanlah harta-harta mereka. Janganlah kalian memakan harta anak-anak yatim dengan melampaui batas dan juga janganlah tergesa-gesa memanfaatkannya selagi mereka belum dewasa. Barangsiapa, di antara pemelihara harta itu, yang mampu, maka hendaknya ia menahan diri untuk tidak memakannya. Barangsiapa yang fakir, maka ia cukup memakan harta itu menurut yang sepatutnya. Dan, bila kalian telah benar-benar menyerahkan harta itu kepada mereka, hendaknya kalian menyediakan saksi. Cukuplah Allah sebagai pembalas dan pengawas atas persaksian itu. 


Sabar Dalam sakit, cacat, kemiskinan dan musibah (QS 2:155)

وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
Sabar adalah perisai dan senjata orang-orang beriman dalam menghadapi beban dan tantangan hidup. Itulah ujian yang akan kalian hadapi berupa perasaan takut pada musuh, kelaparan, kekurangan bekal, harta, jiwa dan buah-buahan. Tidak ada yang melindungi kalian dari ujian-ujian berat itu selain jiwa kesabaran. Maka sampaikanlah, wahai Nabi, berita sukacita yang menggembirakan kepada meraka yang bersabar dengan hati dan ucapanmu. 


Berdakwah 




(QS Fussilat Ayat 33)

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ 
Tidak ada yang perkataannya lebih baik daripada orang yang mengajak mengesakan Allah dan menaati- Nya serta berbuat baik, sembari mengatakan, sebagai pengakuan atas akidah yang dipeluknya, "Aku benar- benar termasuk dalam golongan orang yang mematuhi perintah-perintah Allah." 

Merawat orang tua diusia senjanya (QS 17:23)

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا 
Tuhanmu telah menetapkan agar kalian tidak menyembah kecuali kepada-Nya dan berbakti kepada kedua orangtua dengan sebaik-baiknya. Apabila keduanya atau salah satunya dalam keadaan lemah atau berusia lanjut, maka janganlah kamu bantah ucapan dan sikap mereka dengan suara yang menunjukkan marah. Dan jangan sekali-kali kamu menghardik keduanya. Akan tetapi berkatalah kepada keduanya dengan perkataan yang baik, lembut dan penuh dengan kebaikan serta penghormatan kepada keduanya.

Lelah termulia adalah yaitu Berjihad perang fisabillah (diantaranya QS 3:169)

 


وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ 
Janganlah kamu mengira bahwa mereka yang terbunuh di jalan Allah itu benar-benar mati. Tidak! Mereka hidup dalam suatu kehidupan yang sifat dan bentuknya hanya diketahui oleh Allah sendiri. Di sisi Tuhan, mereka diberi suatu rezeki yang sifat dan bentuknya juga hanya diketahui sendiri oleh Allah.