Konfrontasi rezim kudeta fasis Kiev yang didukung NATO versus kaum federalis Ukraina dukungan Rusia, telah mencapai titik yang tak lagi dapat dihentikan. Pada 2 Mei 2014, Presiden Olexander Turchinov dan elit zionis berpengaruh Ihor Kolomoisky menggelar pembantaian di Gedung Serikat di Odessa.
Demikian ungkap cendekiawan Perancis, Thierry Meyssan. "Awalnya, kalangan pers Barat berusaha meminimalisasi skala kekejaman itu, namun kemudian, mereka membisu saat pelbagai kesaksian dan bukti terakumulasi," ujarnya. Setelah rentetan kengerian tersebut, tidak mungkin lagi bagi kedua bangsa untuk terus hidup bersama.
Menurut kritikus tajam imperialisme AS ini, terdapat tiga skenario yang mungkin: entah Amerika Serikat akan membuat Ukraina sebagai Yugoslavia baru dan memicu perang dengan harapan Rusia dan Uni Eropa akan amburadul; atau mereka akan mengembiakkan konfrontasi di seputar Rusia, dimulai dengan Georgia; atau mereka akan menumpuk kombatan non-negara untuk mendestabilisasi Rusia itu sendiri, baik Crimea maupun Dagestan.
"Apapun pilihannya, Washington memiliki, seperti sekarang, tentara bayaran di tempat tersebut," tegas Meyssan. Dewan Pertahanan Kiev mengirim utusan ke Eropa Barat untuk menyewa aktivis sayap kanan dan melawan kaum Federalis (disebut-sebut "pro-Rusia"). Dan sel Perancis, Pravy Sektor, yang anggotanya akan segera diintegrasikan dalam Garda Nasional Ukraina, telah dibentuk.
"Selain itu, Dewan Pertahanan Kiev bermaksud 'menambah jumlah' jihadis yang sudah memiliki pengalaman militer nyata untuk neo-Nazi Eropa Barat tersebut," papar Meyssan.
"Jika kita melirik simbol Nazi dan kawanan jihadis saat ini, maka secara nyata, kita akan menemukan kesamaan pada kultus kekerasan dan impian Zionis mendominasi dunia," tutur Meyssan. Mereka kompatibel dengan semua organisasi lain yang didukung Washington, termasuk Front Kiri Sergei Udaltsov dan temannya, seorang Rusia anti-Putin, Alexei Navalny. Sudah terjalin banyak kontak di antara keduanya.
"Ketimbang menerapkan pembagian kanan/kiri ala Perang Dingin,satu-satunya jalur pembelahan yang relevan saat ini adalah imperialisme/resistansi," terang Meyssan. Di Ukraina, warga Kiev mengacu pada pertarungan Wehrmacht melawan Yahudi, Komunis dan Rusia, sedangkan warga Donetsk merayakan kemenangan kaum pribumi melawan fasisme selama "Perang Patriotik Agung" (Perang Dunia II). "Warga Kiev mendefinisikan identitasnya melalui sejarah mereka, nyata atau mitos, sedangkan warga Donetsk muncul sebagai orang-orang dari komunitas sejarah yang berbeda namun bersatu dalam berjuang melawan penindasan," imbuhnya.
Bukti bahwa garis pemisah ini menjadi satu-satunya yang relevan, adalah bahwa elit zionis berpengaruh, Ihor Kolomoisky, membiayai mereka yang meneriakkan "Mampus Yahudi!". "Salah satu mafia ini telah mengumpulkan kekayaan terbesar di Eropa, setelah merebut dalam skala besar dengan todongan senjata, perusahaan-perusahaan metalurgi, keuangan, dan energi," tunjuk Meyssan.
Ia didukung Amerika Serikat dan telah menempatkan berbagai figur, termasuk anak Wakil Presiden AS Joe Biden, dalam Dewan Direksi perusahaan gasnya. "Tidak hanya tak punya masalah dalam membiayai gerombolan Nazi, ia juga bersukacita ketika, berdasarkan perintahnya, mereka membunuh orang-orang Yahudi anti-Zionis di Odessa," kata Meyssan.
Kolaborasi kawanan Nazi dan jihadis bukanlah hal baru. Gejala ini menemukan asal-usulnya dalam tiga divisi Muslim Waffen SS. Divisi "Handschar" ke-13 dibentuk dari warga Bosnia, divisi "Skanderbeg" ke-21 dari warga Kosovo, dan divisi "Kama" ke-23 dari warga Kroasia. Semua Muslim itu mempraktikkan Islam yang dipengaruhi Turki. Memang, sebagian besar penempur itu membelot selama perang melawan Tentara Merah.
"Baru-baru ini, kawanan takfiri dan Nazi kembali berjuang bersama melawan Rusia selama pendirian Emirat Islam Ichkeria (Perang Chechnya Kedua, 1999-2000)," ujar Meyssan.
Pada 8 Mei 2007, kawanan Nazi Ternopol (barat Ukraina), Baltik, Polandia, Ukraina, dan Rusia, serta gerombolan jihadis Ukraina dan Rusia menciptakan apa yang disebut "front anti-imperialis" dengan dukungan CIA. Organisasi ini dipimpin Dmytro Yarosh, yang, selama kudeta Kiev pada bulan Februari 2014, menjadi Wakil Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Ukraina, yang kemudian menjadi kandidat Pravy Sektor dalam pemilihan presiden 25 Mei mendatang.
"Pada bulan Juli 2013, Emir Kaukasus dan pemimpin lokal al-Qaeda, Doku Umarov, menyeru anggota 'front anti-imperialis' untuk ikut berperang di Suriah," lanjutnya. Namun, tak ada dokumentasi yang jelas mengenai keikutsertaan Nazi dalam operasi untuk mengacaukan Levant (wilayah yang menakup Irak, Suriah, Libanon, Palestina, dan Mesir) saat ini.
Akhirnya, beberapa lusin jihadis Tatar Crimea ikut berperang di Suriah, dan diangkut oleh MIT Turki ke Kiev untuk berpartisipasi dalam peristiwa EuroMaidan dan kudeta 22 Februari bersama Dmytro Yarosh.
"Langkah-langkah yang ditempuh di Eropa, sesuai permintaan Sekretaris AS untuk Keamanan Dalam Negeri, Jeh Johnson, untuk mencegah kepulangan para pelaku jihad ke tanah airnya, menunjukkan bahwa CIA berniat menggunakan gerombolan sadis jihadis itu dalam front baru," ungkap Meyssan.
Dipaksanya Pangeran Bandar bin Sultan mengundurkan diri pada 15 April (atas permintaan Menteri Luar Negeri John Kerry) dan saudaranya, Pangeran Sultan bin Salman pada 14 Mei *atas tekanan Menteri Pertahanan Chuck Hagel), menegaskan AS berniat menyusun kembali mesin jihadnya.
Akankah warga Eropa dan Arab yang melakukan perlawanan [terhadap kejahatan AS cs) juga akan saling bersekutu?
Source : http://www.islamtimes.org/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar