Secara keseluruhan, hingga 10 ribu teroris ikut memberontak dengan kelompok brutal itu, dengan rincian, sekitar 3000 teroris bercokol di Irak dan 7000 lainnya beroperasi di Suriah, kata pejabat intelijen itu.
Kelompok militan Wahhabi Takfiri di Irak merupakan sebuah pasukan kuat yang beranggotakan ribuan personil, termasuk beberapa warga Amerika, ungkap seorang pejabat intelijen senior kepada CBS News, Selasa (24/6).
Sebagian besar teroris yang tergabung dalam kelompok Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) merupakan warga keturunan Arab Saudi, Irak, dan Suriah.
Secara keseluruhan, hingga 10 ribu teroris ikut memberontak dengan kelompok brutal itu, dengan rincian, sekitar 3000 teroris bercokol di Irak dan 7000 lainnya beroperasi di Suriah, kata pejabat intelijen itu. Antara 3000 hingga 5000 teroris merupakan warga asing, kendati berapa jumlah mereka yang mengacau di Irak sulit untuk dipastikan.
Para pemberotak memandang Suriah dan Irak sebagai salah satu medan tempur dan mampu bergerak cepat di Irak berkat bantuan kaum Wahhabi setempat (termasuk beberapa pejabat daerah)--ikatan yang digambarkan pejabat intelijen itu lebih dari sekadar "hubungan yang nyaman" ketimbang sebuah aliansi formal. Sementara warga Irak utara lainnya yang bermazhab Sunni, terlebih Muslim Syiah dan suku Kurdi, menurut pelbagai informasi terpercaya, justru mengalami intimidasi dan teror, hingga pembantaian massal dengan cara penggal kepala.
Pejabat itu juga mengatakan bahwa kelompok teroris yang juga dikenal dengan Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) itu punya posisi yang baik untuk menjaga wilayah yang telah dicaploknya, namun hanya akan melebar secara tipis jika berupaya bergerak ke arah selatan, persisnya ke Baghdad. Dengan kata lain, kawanan teroris itu tak akan mampu menaklukan Baghdad.
Mereka, klaimnya, beniat untuk menarget kepentingan AS.
Source : http://www.islamtimes.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar