Laman

5.22.2014

Iran, Cina dan Rusia Bangun Poros Keamanan dan De-dolarisasi

Semua perubahan kini menjadi mungkin bagi pihak Rusia dan Cina. Setelah masuknya Qatar dan Bangladesh [sebagai anggota], jumlah anggota CICA kini menjadi 26 negara. Kemarin, presiden Rusia dan Cina telah memutuskan untuk mengkonsolidasikan pembayaran perdagangan bilateral keduanya dalam mata uang lokal ketimbang menggunakan dolar.




Bakar Dollar









The Conference on Interaction and Confidence Building Measures in Asia (CICA, Konferensi Langkah-langkah Membangun Interaksi dan Keyakinan di Asia) yang merupakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kepala Negara, dibuka pada 21 Mei di Shanghai, Cina. Organisasi ini, yang dibentuk setelah runtuhnya Uni Soviet, bertujuan menstabilkan Asia dalam pola OSCE di Eropa.

Namun begitu, forum ini tak pernah benar-benar berfungsi karena kurangnya kepemimpinan regional sepanjang 199-an dan 2000-an, serta tidak adanya budaya dialog antara negara-negara anggota. Organisasi ini tetap aktif selama kepemimpinan Turki yang telah diambil alih Cina.

Semua perubahan kini menjadi mungkin bagi pihak Rusia dan Cina. Setelah masuknya Qatar dan Bangladesh [sebagai anggota], jumlah anggota CICA kini menjadi 26 negara. Kemarin, presiden Rusia dan Cina telah memutuskan untuk mengkonsolidasikan pembayaran perdagangan bilateral keduanya dalam mata uang lokal ketimbang menggunakan dolar.

Tampaknya diyakini bahwa KTT tersebut akan mengeluarkan pernyataan bersama dengan Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO). Dalam pidato pembukaan KTT itu, Presiden Cina menyerukan pada Selasa (20/5/14) untuk menciptakan struktur Asia baru bagi kerjasama keamanan berdasarkan kelompok regional yang mencakup Rusia dan Iran, dan tidak memsukkan Amerika Serikat.

"Kita perlu berinovasi dalam kerjasama keamanan kita (dan) membangun arsitektur kerjasama keamanan regional baru," kata Xi yang berbicara di hadapan audiens, termasuk Presiden Rusia Vladimir Putin dan para pemimpin negara-negara Asia Tengah.

Mungkinkah perdagangan internasional, minimal di tingkat regional, akan berlangsung dalam mekanisme transaksi bebas-dolar (de-dolarisasi), dalam beberapa waktu yang tak lama lagi? Juga, apakah poros keamanan yang diinginkan negara-negara itu, yang diyakini akan menandingi dan medongkrak posisi tawar mereka di hadapan arogansi AS dan sekutunya, bakal segera terwujud?

Kita hanya bisa berharap. Namun, tak dapat diungkiri, semua itu merupakan impian mayoritas negara-negara di dunia sejak lama, khususnya negara-negara Asia, termasuk [rakyat] Indonesia, yang sudah lama dicekik rezim dolar dan diinjak-injak arogansi AS dan konco-konconya.




Source : http://www.islamtimes.org/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar