Laman

6.18.2014

Analis: Irak-Suriah-Hizbullah Harus Bersatu Lawan ISIS

Takfiri ISIS


"Jelas, ISIS ingin mengiris-iris Irak dan Syria dalam beberapa bagian untuk menciptakan negara Takfiri yang berdasarkan 'Tahun Nol Wahhabisme' dengan pola pikir [sesat dan picik] ala Salafi mendikte segalanya,"

Presiden Obama dan para pembesar lain di Perancis, Qatar, Arab Saudi, Turki, dan Inggris, harus bertanggung jawab atas destabilisasi kembali Irak seiring destabilisasi Libya dan Suriah. Demikian seru dua jurnalis investigatif, Murad Makhmudov dan Lee Jay Walker.

Menurut keduanya, gelombang kejut itu juga dapat dirasakan di Mesir, Libanon, Mali, Tunisia, dan bahkan kawasan lebih jauh. "Dalam hal ini, kekuatan Teluk dan negara-negara Barat yang menonjol, bersama Turki, telah melepaskan kekuatan yang suka memenggal kepala, membantai minoritas, melnacrakan serangan teroris sehari-hari, menghancurkan monumen budaya, serta sejumlah realitas barbar lainnya," ujar para jurnalis Modern Tokyo Times itu.

Mantan presiden AS, George W. Bush jr., mulai mendestabilisasi Irak berdasarkan laporan palsu dan sesat. Setelah akhirnya bertahun-tahun situasi terlihat stabil (kendati terorisme menjadi kenyataan di Irak), Obama pun membuka pintu lebar-lebar seraya mendukung kerusuhan dan kekacauan di Libya serta Suriah. "Kebodohan ini sekarang mengarah pada krisis besar di Irak, mengikuti kekacauan yang direncanakan di Libya dan Suriah," ujar keduanya.

Ironisnya, di balik provokasi "Israel" dan AS (dalam meningkatkan krisis di Suriah dan Irak), justru Hizbullah di Libanon membela Suriah. "Pada saat yang sama, warga Kristen di Suriah melarikan diri dan sedang dibantai teroris dan kelompok-kelompok sektarian bersenjata yang didukung kekuatan monarki Teluk dan Turki," kata keduanya.

Tentu saja, peran kotor AS, Perancis, dan Inggris dalam membantu aliran senjata militer, jihadis, dan propaganda massa juga memainkan bagian utama. "Karena itu, Hizbullah merupakan kekuatan stabilisasi yang bekerja[sama] dengan partai utama Kristen di Libanon di bawah Michel Aoun; fakta ini dengan sendirinya mencemooh 'Israel' dan AS karena tidak sesuai dengan mantra yang biasa ditujukan untuk Hizbullah," tegas Makhmudov dan Walker.

Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah, memperingatkan ancaman Takfiri dengan menyatakan, "Jika ia (kelompok Takfiri) menang di Suriah, dan Insya Allah tidak akan [menang], Suriah akan lebih buruk dari Afghanistan."

Nasrallah melanjutkan, "Jika kelompok-kelompok [teroris] bersenjata menang, akan ada masa depan bagi Gerakan Masa Depan di Libanon? Akankah ada kesempatan bagi pihak selainnya (Takfiri) di negara ini?"

Memang, serangan frontal terbaru berskala penuh Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) di Irak memiliki berbagai alasan. "Jelas, ISIS ingin mengiris-iris Irak dan Syria dalam beberapa bagian untuk menciptakan negara Takfiri yang berdasarkan 'Tahun Nol Wahhabisme' dengan pola pikir [sesat dan picik] ala Salafi mendikte segalanya," imbuh Makhmudov dan Walker.

Namun, tidak jelas apakah ISIS melakukan ini berkat kekuatannya atau dikarenakan secara bertahap, angkatan bersenjata Suriah dan berbagai sekutunya, termasuk Hizbullah, berhasil menghancurkan dan mengusir kawanan teroris binaan Arab Saudi cs itu keluar dari Suriah. "Yang terang, kekuatan utama di Irak harus mulai menimbang pakta militer gabungan dengan Suriah, atau setidaknya kerjasama lebih besar antara kedua angkatan bersenjata, untuk menghancurkan ISIS dengan serangan terkoordinasi," Makhmudov dan Walker menganjurkan.

AS pertama kali mendestabilisasi Irak di bawah rezim Bush junior dan kemudian bangsa ini ditusuk dari belakang oleh rezim Obama saat kondisi negeri seribu satu malam itu mulai pulih. "Karena itu, Irak harus bergerak mendekat ke pemerintah Suriah," ujar Makhmudov dan Walker.

Jika pemerintah Suriah sampai jatuh, maka tak hanya mosaik di negara itu akan runtuh, namun Irak dan Libanon juga akan merasakan dampak buruk pada tingkat yang lebih buruk lagi. "Hizbullah sepenuhnya memahami hal ini di Lebanon dan nahu membahu bersama pemerintah Suriah berdiri di garis depan dalam perang peradaban, di mana kawanan Takfiri, monarki petrodolar Teluk, dan kekuatan arogan Barat berusaha membumihanguskan Suriah," imbuh keduanya.

Di bawah para pemimpin utama NATO dan kerajaan Teluk sekarang, jelas bahwa afiliasi al-Qaeda dan kelompok-kelompok sektarian ekstremis lain tumbuh subur.

Dalam tatanan dunia baru sejak Obama menjabat, jelas bahwa al-Qaeda dan destabilisasi menyebar luas berdasarkan kekuatan petrodolar Teluk dan kebijakan kotor kekuatan Barat terkemuka. "Karena itu, berbagai kekuatan sektarian dan Takfiri tumbuh di seluruh Afrika Utara, Afrika Barat, Timur Tengah, dan di bagian lain dunia, mengikuti intrik jahat monarki Teluk dan Barat," tegas keduanya.

Sekarang ISIS, salah satu kawanan Takfiri ciptaan Arab Saudi dan AS, melancarkan serangan militer di Mosul dan di bagian lain Irak. Saat rezim Obama masih berkoar--koar soal membantu berbagai kawanan teroris di Suriah, Irak sedang terbakar dan Levant terancam. "Saat ini, satu-satunya anugrah yang dapat menyelamatkan hanyalah Hizbullah yang menolak tunduk pada tekanan internasional," ujar Makhmudov dan Walker dengan optimistis.

Sebagai bukti, di Suriah, angkatan bersenjata bangsa ini dan pasukan lainnya yang setia pada Presiden Bashar al-Assad berjuang bersama Hizbullah untuk melestarikan mosaik agama yang kaya di Levant. "Sudah saatnya pemerintah Irak bergabung dengan Suriah dan Hizbullah karena teman-teman AS memungkinkan kerajaan petrodolar Teluk dan kawanan jihadis internasional untuk menyebarkan kekacauan di seluruh Irak," imbau keduanya.

Nasrallah menyatakan (http://youtube.com/user/EretzZen) tentang Afghanistan, "Pertimbangkan pengalaman di Afghanistan. Faksi jihad rakyat Afghanistan melawan salah satu dari dua pasukan terkuat di dunia, pasukan Soviet, yang mengalami kekalahan di Afghanistan."

Namun, Nasrallah melanjutkan, "Karena tetdapat beberapa faksi di Afghanistan yang mengusung pola pikir Takfiri, eksklusif, pembantai, berdarah-darah, pembunuh ... faksi-faksi jihad rakyat Afghanistan memasuki konflik berdarah antara satu sama lain ... (kawanan jihadis Takfiri) itu kemudian menghancurkan lingkungan, kota, dan desa ... hal-hal seperti itu bahkan tidak dilakukan tentara Soviet ... Dan sekarang, di mana Afghanistan?"

"Sejak Soviet mundur sampai hari ini, katakan pada saya satu hari saja di Afghanistan yang tidak terjadi pembunuhan, luka (yang ditimbulkan darinya), migrasi, kehancuran, dan kesulitan hidup. Katakan pada saya, satu hari saja kedamaian dan kebahagiaan hidup di sana yang diciptakan (kawanan teroris berjubah Islam) itu...."

Terlepas dari kenyataan Afghanistan, rezim Obama siap menjual Mesir ke Ikhwanul Muslimin (yang ditentang sekutunya, Arab Saudi, dengan memainkan Jendral al-Sisi untuk menjegal maksud AS). "Di bawah pengawasannya, serta para elit saat ini di Perancis, Qatar, Arab Saudi, Turki, dan Inggris, kawanan yang berafiliasi dengan al-Qaeda dan berbagai kekuatan sektarian lainnya menyulut kerusuhan di banyak negara," ungkap keduanua.

Eropa juga kini mengekspor kawanan teroris Takfiri ke Timur Tengah dan bagian lain dunia dalam jumlah lebih besar. "Di tengah realitas brutal itulah, Hizbullah dan pemerintah Suriah fokus menjaga mosaik Levant yang kaya," aku Makhmudov dan Walker.

Namun, kawanan pemuja sektarianisme dan terorisme (yang secara terbuka didukung teman-teman Amerika di Qatar, Arab Saudi, dan Turki) sekarang fokus untuk mwnghancurkan Irak, sebagaimana mereka menghancurkan Libya. "Karena itu, Irak lagi-lagi harus merapatkan kembali dirinya pada pemerintah Suriah dan Hizbullah karena campur tangan monarki Teluk petrodolar dan Barat di Levant jelas-jelas merupakan akar dari perkembangbiakkan ISIS saat ini di seluruh kawasan."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar